Akibat dari hal itu, pertempuran yang berkecamuk di ibu kota Khartoum dan di Darfur disebabkan oleh pasukan RSF kian membesar.
Pertempuran itu juga didorong dengan Janjaweed, yang merupakan penargetan berdarah terhadap warga sipil, khususnya warga non-Arab.
Akibat dari pertempuran tersebut, sekitar 300.000 orang telah terbunuh.
Jumlah tersebut diyakini bertambah menjadi 1.100 orang yang tewas di El-Geneina sejak pertempuran semakin parah pada bulan April 2023.
Volker Perthes, seorang utusan PBB telah membuka suara.
Ia mengatakan, “Ada pola serangan yang ditargetkan terhadap warga sipil atas dasar etnis di El-Geneina,” katanya.
“Diduga dilakukan oleh milisi Arab (RSF) dan beberapa pria berseragam RSF (penyusup),” lanjutnya.
Lebih lanjut, ia menilai pertempuran itu sebagai pelanggaran dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
“Jika dibenarkan, serangan ini bisa menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan,” ucapnya. Diketahui sebelum tewasnya Khamis Abakar, ia mengkritik militer Sudan karena telah gagal menghentikan serangan pasukan RSF di El-Geneina. (zaa/rge)