Sementara di tengah kemarahan publik yang meningkat, pejabat lokal membela keputusan untuk tidak menyebarkan sirine.
Herman Andaya, Administrator Badan Manajemen Darurat Kabupaten Maui, mengatakan sirine di Hawaii digunakan untuk mengingatkan orang akan tsunami. Lantas menurutnya menggunakan sirine selama kebakaran mungkin membuat orang mengungsi ke arah bahaya.
“Masyarakat dilatih untuk mencari tempat yang lebih tinggi jika sirene dibunyikan,” kata Andaya saat konferensi pers pada hari Rabu.
“Kalau malam itu kami membunyikan sirine, kami khawatir orang-orang akan pergi mauka (lereng gunung), jika demikian mereka akan masuk ke dalam api,” kata Andaya.
Maui malah mengandalkan dua sistem peringatan, satu yang mengirim pesan teks ke ponsel. Lalu satu lagi yang menyiarkan pesan darurat di televisi dan radio.
Moratorium
Green juga membela keputusan untuk tidak membunyikan sirine. Namun, ia telah memerintahkan jaksa agung negara bagian untuk meninjau tanggap darurat yang akan melibatkan penyelidik dan ahli dari luar.
“Hal terpenting yang dapat kita lakukan saat ini adalah belajar bagaimana menjaga diri kita lebih aman di masa depan,” katanya.
Green juga mengatakan bakal mengumumkan rincian moratorium penjualan tanah pada hari Jumat (18/8/2023).
Ia pun ingin melihat moratorium jangka panjang atas penjualan tanah yang tidak akan menguntungkan masyarakat lokal.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden dan ibu negara Jill Biden diperkirakan akan mengunjungi Maui pada hari Senin (21/8/2023) untuk bertemu dengan para penyintas, responden pertama, dan otoritas lokal.
“Biden telah berkomitmen untuk memberikan semua yang dibutuhkan rakyat Hawaii dari pemerintah federal saat mereka pulih dari bencana ini,” kata Gedung Putih minggu ini. (spm/ads)