ANDALPOST.COM – International Atomic Energy Agency (IAEA) akan membantu PLTN Ukraina sehingga dapat memperkuat keamanan nuklir di negara tersebut. Informasi ini disampaikan melalui laman resminya pada Selasa (17/1/2023)
German Galushchenko selaku Menteri Energi Ukraina tentu saja menyambut baik misi IAEA itu. Bahkan sejumlah petinggi pun dikabarkan akan turut serta dalam upacara pengibaran bendera IAEA.
Beberapa petinggi yang disebutkan dalam tulisan itu di antaranya Dirjen IAEA Rafael Grossi, Plt Kepala Inspektorat Regulasi Nuklir Negara Ukraina Oleh Korikov dan Presiden NNEGC Energoatom Petro Kotin.
Nantinya, para petinggi ini berserta Menteri Energi Ukraina juga akan menyambangi PLTN di Ukraina Selatan.
“Kami menyambut dimulainya misi IAEA di empat pembangkit listrik tenaga nuklir lainnya di Ukraina,” kata Galushchenko.
“Kehadiran langsung perwakilan badan internasional di semua PLTN Ukraina akan memungkinkan untuk menilai semua bahaya dan ancaman terhadap keselamatan nuklir serta radiasi yang ditimbulkan oleh aksi militer Rusia,” tambahnya.
Selain itu, Galushchenko menegaskan bahwa Rusia telah melakukan penembakan terhadap fasilitas energi Ukraina selama lebih dari tiga bulan.
Alhasil, terjadi kecelakaan sistemik yang mengakibatkan semua pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina padam secara bersamaan.
“Karena penembakan Rusia, empat pembangkit listrik tenaga nuklir beroperasi dengan daya cadangan dari generator diesel secara bersamaan,” terang sang menteri energi Ukraina.
“Kala itu misil Rusia masih terbang, masing-masing bisa mengenai tanaman dan menimbulkan akibat yang tidak terduga. Kita harus menghentikan terorisme nuklir oleh Rusia ini,”
IAEA Optimis Soal Perlindungan di Zaporizhzhia
Kepala pengawas nuklir perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yakin mengenai perlindungan di sekitar pabrik pembangkit listrik tenaga nuklir, Zaporizhzhia.
Senada dengan kepala pengawas nuklir PBB, Dirjen IAEA Rafael Grossi juga mengatakan untuk menjadi penengah terkait perlindungan pabrik Zaporizhzhia yang saat ini dikendalikan Rusia. Menurutnya ini memang cukup memakan waktu.
“Tidak seorang pun ingin memiliki zona ini jika dianggap keuntungan militer untuk satu pihak atau lainnya, dan saya berusaha meyakinkan semua orang bahwa ini bukan masalahnya. Ini tentang mencegah kecelakaan nuklir,” ujar Grossi.
Diketahui, pasukan Rusia telah merebut pabrik terbesar Eropa era Soviet tersebut pada bulan Maret 2022 lalu.
Alhasil, langkah Rusia tersebut menuai banyak kecaman dari berbagai pihak lantaran menimbulkan kekhawatiran terhadap bencana nuklir.
“Situasi di sekitar pabrik terus menjadi sangat, sangat berbahaya. Kecelakaan nuklir dengan konsekuensi radiologis yang serius, bukanlah keinginan siapa pun,” terang Grossi.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.