ANDALPOST.COM — Seorang ibu bernama Bunyarin Srijan mengaku senang setelah mengetahui sang putri Natthawaree Mulkan termasuk di antara sandera Thailand yang dibebaskan oleh Hamas, Minggu (26/11/2023).
Ia merasa sangat bahagia hingga berdansa dengan cucunya yang berusia delapan tahun di luar rumah mereka di timur laut Thailand.
“Saya sangat gembira, saya keluar dan menari,” kata Bunyarin Srijan (56).
Natthawaree, ibu dari dua anak, adalah salah satu dari 10 sandera asal Thailand yang dibebaskan oleh Hamas dalam gencatan senjata pertama sejak perang tujuh minggu yang dimulai dengan serangan kelompok militan Palestina pada 7 Oktober di Israel selatan.
Ia adalah satu-satunya perempuan Thailand yang diculik.
Sang ibu kehilangan kontak dengan Natthawaree setelah serangan tersebut.
Namun, Bunyarin Srijan lantas enggan mengikuti perkembangan perang antara Israel dan Hamas karena takut akan berita buruk.
“Selama masa putus asa itu, saya tidak menonton berita selama setengah bulan,” kenang Bunyarin sendirian di ruang tamunya.
“Saya takut melihat putri saya terbaring mati,” imbuhnya
Sekitar 30.000 pekerja Thailand, sebagian besar berasal dari wilayah timur laut negara itu yang miskin, bekerja di sektor pertanian Israel, salah satu kelompok pekerja migran terbesar di Israel.
Natthawaree terlihat dalam foto dari Kementerian Luar Negeri Thailand di sebuah klinik, tersenyum dengan tangan terkepal.
Bunyarin mengatakan putrinya berencana menikah dengan pacarnya, Boonthom Phankhong, yang juga diculik oleh Hamas dan dibebaskan pada hari Jumat (24/11/2023).
“Setelah dia kembali, saya akan membawanya ke kuil untuk menjalankan ritual keagamaan,” katanya sambil menyeka air matanya.
Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Thavisin mengatakan pada hari Sabtu bahwa pemerintah masih berusaha untuk membebaskan 20 warga Thailand yang masih disandera.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.