ANDALPOST.COM – Pada Kamis (20/7/2023), India mengeluarkan perintah untuk menghentikan kategori ekspor beras terbesarnya.
Kala itu, langkah ini diperkirakan akan mengurangi separuh pengiriman oleh pengekspor biji-bijian terbesar di dunia, yang tentu saja memicu kekhawatiran inflasi lebih lanjut di pasar makanan global.
Diberlakukannya larangan ekspor ini setelah harga beras eceran naik sebanyak 3% dalam satu bulan terlambat, akan tetapi hujan lebat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada tanaman.
Perlu diketahui bahwa India merupakan pengekspor beras utama dunia, menyumbang lebih dari 40% ekspor beras dunia.
Berarti, jika persediaan rendah dengan eksportir lain, artinya setiap pemotongan pengiriman dapat meningkatkan harga pangan.
Belum lagi, ini diperparah oleh invasi Rusia ke Ukraina di tahun lalu, serta cuaca yang tidak menentu.
Keputusan ini diambil negara sebagai upaya untuk meredam kenaikan harga domestik di dalam negeri.
Hal ini juga diikuti oleh laporan dan video yang beredar mengenai pembelian panik atau panic buying di toko bahan makanan India yang terletak di Amerika Serikat dan Kanada, yang dalam prosesnya juga berkontribusi menaikkan harga.
Terdapat ribuan varietas padi yang ditanam dan dikonsumsi, akan tetapi sebanyak empat kelompok utama yang diperdagangkan secara global.
Beras tersebut adalah beras Indica yang berbutir panjang ramping terdiri dari sebagian besar perdagangan global.
Sementara sisanya terdiri dari beras wangi atau aromatik seperti basmati; Japonica berbutir pendek, yang digunakan untuk membuat sushi dan risotto; serta beras ketan atau ketan, yang digunakan untuk membuat manisan.
Kemana India Mengekspor Beras?
Sebagai pengekspor beras utama dunia, pembeli utama beras dari India adalah China, Filipina, dan Nigeria.
Di samping negara-negara tersebut, ada juga “swing buyer” yaitu Indonesia dan Bangladesh, yang meningkatkan impornya ketika kekurangan pasokan domestik.
Tahun lalu, India mengekspor sebanyak 22 juta ton beras ke 140 negara. Dari jumlah ini, sebanyak enam juta ton merupakan beras yang relatif lebih murah yaitu beras putih Indica.
Beras putih Indica ini mendominasi sebanyak sekitar 70% dari perdagangan global, dan kini, India telah menghentikan ekspornya.
Kebijakan ini datang di atas larangan ekspor beras pecah negara tahun lalu, dan bea 20% untuk ekspor beras non-basmati.
Larangan Ekspor Picu Kenaikan Harga
Tentu saja, larangan yang dikeluarkan pada bulan Juli tersebut membuat banyak pihak khawatir akan harga beras global yang kemungkinan menjadi tidak terkendali.
Pierre-Olivier Gourinchas selaku kepala ekonom International Monetary Fund (IMF), lembaga penyedia bantuan keuangan, mengatakan justru langkah India hanya akan menyebabkan harapan sebaliknya.
Ia menganggap bahwa larangan ini malah akan menaikkan harga dan juga harga biji-bijian global bisa naik hingga 15% tahun ini.
Ada juga opini dari seorang analis pasar besar di Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) kepada BBC, Shirley Mustafa.
Ia mengatakan bahwa larangan ekspor yang diberlakukan oleh India tidak dilakukan di waktu dan kondisi yang tepat.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.