Serangan Israel
Israel melancarkan invasi dahsyat ke Gaza setelah orang-orang bersenjata dari Hamas menyerbu pagar perbatasan pada 7 Oktober. Di mana menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang, menurut penghitungan Israel.
Sejak itu, Israel telah menghujani bom di daerah kantong kecil tersebut, menewaskan sekitar 14.000 warga Gaza, sekitar 40 persen di antaranya ialah anak-anak, menurut otoritas kesehatan Palestina.
“Orang-orang kelelahan dan kehilangan harapan terhadap kemanusiaan,” kata Komisaris Jenderal Philippe Lazzarini dari badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA.
“Penderitaan yang tak tidak dapat digambarkan di wilayah kantong itu,” terang dia.
“Mereka butuh istirahat, mereka berhak tidur tanpa khawatir apakah mereka bisa melewati malam itu. Ini adalah jumlah minimum yang bisa dimiliki siapa pun,” katanya.
Menjelang gencatan senjata, pertempuran berlanjut dengan intensitas yang lebih besar dari biasanya pada hari Kamis (23/11/2023).
Jet Israel menghantam lebih dari 300 sasaran dan tentara terlibat dalam pertempuran sengit di sekitar kamp pengungsi Jabalia di utara Kota Gaza.
Seorang juru bicara militer mengatakan operasi akan terus berlanjut sampai pasukan menerima perintah untuk berhenti.
Rumah Sakit Indonesia di Kota Gaza terguncang akibat pemboman tanpa henti, beroperasi tanpa penerangan dan dipenuhi oleh orang-orang tua dan anak-anak yang terbaring di tempat tidur, kata pejabat kesehatan Gaza.
Kekhawatiran internasional terfokus pada nasib rumah sakit, terutama di bagian utara Gaza. Di mana semua fasilitas medis berhenti berfungsi karena pasien, staf, dan pengungsi terjebak di dalamnya.
Israel pun mengatakan pejuang Hamas menggunakan perumahan dan bangunan sipil lainnya, termasuk rumah sakit, sebagai perlindungan. Namun, tuduhan itu dibantah tegas oleh Hamas. (spm/ads)