Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Jelang KTT NATO di Vilnius, Biden Bakal Bahas Masa Depan Ukraina dan Swedia

Jelang KTT NATO di Vilnius, Biden Bakal Bahas Masa Depan Ukraina dan Swedia
Ilustrasi para pemimpin NATO berkumpul pada tahun 2022 untuk KTT penting di Madrid, Spanyol. (The Andal Post/Clarencia Mayvianti)

ANDALPOST.COM – Sebanyak 31 pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menggelar pertemuan puncak di ibu kota Lituania, Vilnius, selama dua hari pada pekan ini.

Anggota aliansi militer di dalamnya akan berusaha untuk menegaskan kembali dukungan mereka bagi Ukraina yang tengah menghadapi agresi Rusia sejak Februari tahun lalu.

Mereka juga membahas perbedaan sudut pandang mengenai keanggotaan NATO Swedia.

Namun, secara garis besar, NATO menunjukkan sikap bersatu melawan agresi Rusia.

“Minggu ini, di KTT NATO, kami akan memperkuat pencegahan dan pertahanan kami, termasuk dengan lebih banyak investasi. Kami akan meningkatkan dukungan kami untuk Ukraina, dan mendekatkan Ukraina ke NATO,” kata Sekretaris Jenderal aliansi militer Jens Stoltenberg kepada wartawan di Vilnius, Senin (10/7).

“Lithuania ingin KTT ini dikenang sebagai puncak keputusan – bukan hanya deklarasi,” kata Presiden Lituania Gitanas Nauseda.

Meski, hingga kini Ukraina belum tergabung ke NATO, tapi ada lebih banyak jaminan.

KTT Vilnius Kunci bagi Ukraina untuk Mendapatkan Konfirmasi

Namun Ukraina menilai keputusan kunci setelah KTT Vilnius adalah mendapatkan konfirmasi tentang keanggotaan NATO-nya.

Kyiv melamar untuk menjadi anggota aliansi pada September lalu, berusaha untuk memperkuat perbatasannya dengan Rusia.

Sejak itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melobi negara-negara NATO untuk mempercepat proses aksesi Kyiv.

Tetapi anggota NATO justru terbelah menjadi dua, yakni mendukung Ukraina masuk aliansi itu, dan sebagian menolak.

Terlebih, Ukraina masih menghadapi perang melawan Rusia.

Negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Jerman telah menunjukkan sikap membatasi terhadap gagasan tersebut, dibandingkan dengan anggota Baltik NATO seperti Lituania dan Polandia.

Presiden AS Joe Biden mengatakan Ukraina masih berada di tengah perang dengan Rusia.

Jika Kyiv menjadi anggota NATO, maka itu akan menyeret seluruh aliansi ke medan perang. 

Sebuah sentimen yang dibagikan oleh Jerman, Turki dan beberapa anggota NATO lainnya.

“Misalnya, jika Anda melakukan itu, maka Anda tahu apa yang akan terjadi. Kami bertekad untuk menyerahkan setiap jengkal wilayah yang merupakan wilayah NATO. Itu adalah komitmen yang kita pegang, apapun yang terjadi. Jika perang sedang terjadi, maka kita semua berperang. Kami sedang berperang dengan Rusia,” terang Biden.

Pemimpin AS merujuk landasan NATO untuk pertahanan kolektif, yaitu Pasal 5 yang berbunyi serangan bersenjata terhadap satu anggota NATO adalah serangan bersenjata terhadap semua.

Namun, sehari sebelum dimulainya KTT, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan usai pembicaraan intensif, sekutu NATO telah mencapai konsensus untuk menghapus MAP (Rencana Aksi Keanggotaan) dari jalur Ukraina menuju anggota aliansi.

Dia menyambut baik keputusan tersebut dan mengatakan bahwa semakin jelas Ukraina akan bergabung menjadi anggota NATO.

Ukraina kian dekat dengan NATO

Sekretaris Jenderal aliansi militer Jens Stoltenberg memberikan tanggapan atas pertanyaan mengenai keanggotaan Ukraina di NATO.

Jelang KTT NATO di Vilnius, Biden Bakal Bahas Masa Depan Ukraina dan Swedia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (Foto: Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS)

“Satu perbedaan penting adalah bahwa Ukraina semakin dekat dengan NATO, karena sekutu NATO telah bekerja sama dengan Ukraina selama bertahun-tahun, terutama sejak 2014. Jadi, ini telah memastikan tingkat kerja sama dan interoperabilitas yang jauh lebih tinggi antara Ukraina dan NATO,” beber Stoltenberg.

Sayangnya, jika keinginan Ukraina itu terwujud, tentu Rusia akan mengambil tindakan tegas.

Namun, Stoltenberg mengharapkan aliansi untuk menyetujui program bantuan multi-tahun ke Ukraina dalam menghadapi ancaman dari Rusia.

“Kami telah menjanjikan Rp8 triliun untuk kebutuhan kritis, termasuk bahan bakar, pasokan medis, peralatan penjinak ranjau, dan jembatan ponton. Kami juga akan membantu membangun sektor keamanan dan pertahanan Ukraina, termasuk rumah sakit militer. Dan kami akan membantu transisi Ukraina dari peralatan dan standar era Soviet ke NATO,” bebernya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.