ANDALPOST.COM – Calon jemaah haji diimbau oleh Kemenkes untuk mempersiapkan kesehatan fisiknya menjelang pelaksanaan ibadah haji agar berjalan baik dan lancar.
Menurut situs resmi Kemenag, para jemaah haji diminta untuk mengatur ritme dalam beribadah saat berhaji. Di antaranya seperti membatasi aktivitas ibadah sunah ketika mendekati puncak haji atau yang dikenal dengan masa Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo.
Liliek menerangkan, berdasarkan data menunjukkan bahwa pada masa Armuzna banyak jemaah yang kelelahan beribadah dan tidak dapat menjaga kesehatannya. Akibatnya, meninggal dunia pada saat itu. Bahkan, hingga lima hari usai pelaksanaan Armuzna.
“Angka kematian ini disebabkan oleh kelelahan jemaah menjelang dan pasca kegiatan di Armuzna,” ujar Liliek, di Asrama Haji Pondok Gede, dikutip Rabu (12/4/2023).
“Periode Armuzna ini seharusnya menjadi puncak kebugaran jemaah bukan puncak kelelahan. Jemaah hendaknya mengurangi aktivitas sunnah sebelum perjalanan Masyair agar kondisi fisik saat di Armuzna dalam kondisi baik,” tambahnya.
Faktor Riwayat Penyakit Bawaan Pada Jemaah Haji
Kepala Pusat Kesehatan Haji menyoroti faktor penyebab kematian tertinggi jemaah haji. Setidaknya sebanyak 70 persen jemaah haji Indonesia memiliki riwayat penyakit dalam lima tahun terakhir. Ini berarti hanya 30 persen jemaah haji Indonesia yang menunjukkan kondisi jemaah benar-benar bugar.
Namun, Data Kementerian Kesehatan juga menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir sebanyak 30 persen jemaah haji Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap penyakit.
Para jemaah banyak yang teridentifikasi penyakit jantung, paru, dan stroke ketika berada di pemondokan usai melakukan Armuzna.
Di samping itu, mayoritas usia jemaah haji Indonesia adalah di atas 60 tahun (kelompok lanjut usia).
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.