ANDALPOST.COM -Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA) kembali melanjutkan pekerjaannya di Ukraina serta akan fokus pada persoalan pemulihan.
Langkah tersebut diungkapkan oleh Perdana Menteri (PM) Ukraina Denys Shmyhal usai pertemuan dengan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Jepang bagi Ukraina, Kuninori Matsuda, Kamis (26/1).
“Para pihak membahas dukungan lebih lanjut untuk negara kami di berbagai bidang, termasuk energi, rekonstruksi perumahan, penghapusan ranjau kemanusiaan, dan dukungan untuk usaha kecil serta menengah di Ukraina,” beber Shmyhal.
Pertemuan Shmyhal dan Matsuda juga membahas mengenai situasi di PLTN andal Zaporizhzhya.
Secara terang-terangan, Denys Shmyhal meminta Jepang untuk memfasilitasi sanksi terhadap industri nuklir Rusia.
Tak lupa, Shmyhal yang mewakili Ukraina mengucapkan rasa terima kasih kepada Jepang atas kepemimpinannya selama kepresidenan G7.
Mantan Presiden Jepang Keluarkan Peringatan atas Dukungan Negeri Sakura bagi Ukraina
Mantan presiden Jepang, Yoshiro Mori mengeluarkan peringatan bagi pemerintah negeri sakura untuk tidak memberikan terlalu banyak dukungan bagi Ukraina.
Pasalnya, Yoshiro Mori berpendapat bahwa Rusia akan mengalahkan Ukraina dalam invasi yang terus berjalan hingga kini.
“Saya bertanya-tanya mengapa Jepang melakukan upaya besar untuk mendukung Ukraina,” terang Yoshiro Mori.
“Tidak terpikirkan bahwa Rusia akan kalah perang. Jika itu terjadi, sesuatu yang lebih sulit akan terjadi,” imbuhnya.
Diketahui, sang mantan presiden tersebut pernah membantu memperkuat hubungan bilateral dengan Rusia melalui pertemuan dengan Vladimir Putin.
Sehingga, pada tahun 2004 silam, Putin memberikan penghargaan bagi Mori, yakni “Order of Friendship” lantaran telah berkontribuasi mengembangkan kerja sama Rusia dan Jepang.
Lebih lanjut, Mori bahkan pernah mengatakan di pertemuan politik di Tokyo pada bulan November 2022 bahwa dirinya tidak mengerti mengapa hanya Putin yang mendapat kritikan.
Dia bahkan menyebut presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah membuat banyak orang di negara itu menderita.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.