Para pemimpin Amerika dan Arab pun harus bekerja sama untuk menemukan solusi yang meminimalkan kerugian terhadap warga sipil di Gaza dan mengatasi akar penyebab konflik.
Pengerahan pasukan multinasional ke Gaza pasca-konflik dan pemerintahan. Sementara yang dipimpin Palestina yang akan mengecualikan Hamas bisa menjadi langkah ke arah yang benar.
Namun, penting untuk melibatkan Israel dalam diskusi agar hal ini berhasil. Situasi di Gaza sangat buruk, dan inilah saat yang tepat bagi para pemimpin Arab untuk menjalankan pembicaraan mengenai Palestina dan bersatu untuk mengakhiri genosida di Gaza.
Pada Jumat (3/11/2023), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Jumat.
Lalu menyerukan jeda kemanusiaan dalam pertempuran yang menurutnya akan memfasilitasi upaya untuk membebaskan sandera. Juga mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, tetapi tidak mencegah Israel melakukan hal tersebut.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Netanyahu menolak gagasan jeda kecuali para sandera dibebaskan.
“Saya jelaskan bahwa kami akan melanjutkan kekuatan penuh dan Israel menolak gencatan senjata sementara yang tidak mencakup pembebasan sandera kami,” kata Netanyahu.
Oleh karena itu, Blinken pada Sabtu (4/11/2023) berencana untuk bertemu dengan menteri luar negeri Saudi, Qatar, Emirat dan Mesir serta perwakilan Palestina di Amman.
Para pemimpin Arab akan menekankan “sikap Arab yang menyerukan gencatan senjata segera, memberikan bantuan kemanusiaan dan cara-cara untuk mengakhiri kemerosotan berbahaya yang mengancam keamanan kawasan.” (paa/ads)