Apa yang disampaikan oleh JK kepada Airlangga ini tentunya menjadi kritik atas kinerja kepemimpinannya. Airlangga memang beberapa waktu terakhir sibuk mencari rekan koalisi.
Hal ini mengindikasikan seolah Airlangga tengah dalam ambisi atau maksud tertentu. Pasalnya dirinya dengan sukarela membentuk koalisi inti dengan PKB hanya untuk menjadi jembatan antara KIB dan KKIR.
Justru kerjasama dengan PKB itulah menjadi sinyal tidak akan adanya Koalisi Besar. Sebab baik Airlangga dan Cak Imin keduanya kurang mendapat tempat strategis untuk mengisi kursi Capres maupun Cawapres.
Mengingat Airlangga adalah sosok yang dimandatkan menjadi Capres oleh Golkar. Sementara Cak Imin juga telah menanti cukup lama untuk kursi Cawapres.
Namun, keduanya adalah sosok yang kurang mendapat ruang dalam koalisi partainya. Hal ini justru bakal semakin berat jika mereka merealisasikan Koalisi Besar. Oleh karena itu, justru Langkah strategis adalah bersama Cak Imin meramaikan kontestasi Pemilu 2024.
Terlepas dari apapun kekurangan kepemimpinan Airlangga Hartarto di Golkar, JK tetap salut. Karena dia merasa satu frekuensi dengan Menko Perekonomian tersebut. Terlepas dari manuver politik yang dilakukannya masih harus dievaluasi kembali.
“Tetap dalam prinsip-prinsip kemajuan, ya itu yang kita bicarakan dengan baik. Karena itu memang prinsip kita sejak dulu seperti itu. Saya kira itu malam ini,” ujar JK. (pam/ads)