ANDALPOST.COM – Dikabarkan setidaknya 78 orang tewas akibat tenggelamnya kapal pembawa migran di Laut Lepas Pantai Selatan Yunani pada, Rabu (14/6/2023). Terbaliknya kapal pembawa migran hingga tenggelam itu membuat pihak otoritas khawatir akan banyaknya orang yang hilang.
Insiden ini menjadi salah satu bencana terburuk tahun ini.
Menurut laporan yang dilakukan oleh Penjaga Pantai Yunani menyatakan bahwa kapal itu tenggelam di perairan internasional sejauh 47 mil (87 km) dari laut barat daya Pylos, lepas pantai Peloponnese.
Titik tersebut diketahui sebagai salah satu daerah terdalam pada Laut Mediterania.
Insiden yang terjadi di titik terdalam Laut Mediterania itu membuat Operasi Penyelamatan Ekstensif menjadi rumit lantaran angin kencang yang bertiup, jelas penjaga pantai.
Ia juga menambahkan bahwa sekitar 100 orang telah berhasil diselamatkan sejauh ini.
Penyelamatan itu dilakukan menggunakan enam kapal penjaga pantai, sebuah kapal perang milik Angkatan laut. Selain itu juga dengan sebuah helikopter transportasi militer dan Angkatan udara, serta beberapa kapal milik perusahaan swasta, yang dilakukan pada malam hari.
Menurut laporan media setempat, diprediksi ada ratusan orang berada di kapal saat insiden itu terjadi.
Kronologi Kejadian
Melalui sebuah foto yang diambil dari udara telah terlihat bahwa setiap jengkal geladak kapal tersebut dipenuhi oleh para migran.
Juru bicara penjaga pantai, Nikos Alexiou mengatakan kepada media setempat bahwa sepertinya kapal yang berukuran 25 hingga 30 meter itu terbalik setelah para migran melakukan perpindahan posisi secara tiba-tiba ke satu sisi.
“Dek luar penuh dengan orang (migran) dan kami menduga bagian dalam (kapal) juga akan penuh,” ucap Alexiou.
Ia kemudian melanjutkan, “Tampaknya ada pergeseran di antara orang-orang yang berdesakan di kapal, dan kapal itu terbalik,” lanjutnya.
Melalui insiden ini, pihak berwenang Yunani yakni Ilias Siakantaris tidak dapat mengkonfirmasi secara jelas mengenai kapal tersebut yang membawa sekitar 700-750 penumpang.
“Kami tidak tahu apa yang menyebabkan pergeseran itu…tapi kami tahu bahwa beberapa orang menyelundupkan dan mengunci orang untuk mempertahankan kontrol (keseimbangan kapal),” ucap Siakantaris.
Efek Samping Kebijakan Uni Eropa
Seorang pengacara, Eleni Spathana yang bekerja dengan organisasi non-pemerintah Yunani dalam sektor dukungan bantuan pengungsi membuka suara kepada awak media.
“tidak ada kata-kata untuk mendeskripsikan kecelakaan terbaru itu,” ucapnya.
“Reaksi kami sangat terkejut, tentu saja,” kata Spathana. Ia menekankan bahwa kecelakaan yang terjadi ini merupakan kecelakaan berulang akibat kebijakan migrasi yang ditetapkan oleh Uni Eropa.
“Mereka (para korban) adalah efek samping dari kebijakan Uni Eropa yang menghalangi semua upaya (migrasi) ini merupakan dukungan bantuan untuk orang-orang yang membutuhkan perlindungan di luar wilayah Uni Eropa,” kata Spathana.
Akibat dari insiden ini, diketahui bahwa empat penyintas telah dilarikan ke rumah sakit di kota Pelabuhan Kalamata dengan gejala hipotermia.
Lusinan korban lainnya dilarikan ke tempat-tempat terlindung di kota yang menyediakan layanan ambulans dan Badan Pengungsi PBB untuk menerima pakaian kering dan perawatan medis.
Menurut laporan, para korban yang berhasil diselamatkan tidak ada yang menggunakan peralatan keselamatan seperti jaket pelampung.
Perdana Menteri Sementara Yunani, Ioannis Sarmas menyatakan bahwa negara itu akan melakukan tiga hari berkabung nasional.
“Seluruh pikiran kami kepada korban penyelundup kejam yang mengeksploitasi manusia,” ujarnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.