ANDALPOST.COM — Karyawan merek fesyen ikonik Gucci di Roma telah memulai pemogokan sebagai protes terhadap keputusan perusahaan untuk merelokasi sebagian besar tenaga kerjanya ke Milan, yang jaraknya hampir 500 kilometer.
Langkah kontroversial tersebut, yang mempengaruhi 153 dari 219 karyawan, telah dikomunikasikan kepada serikat pekerja pada bulan Oktober. Juga dijadwalkan untuk diterapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku saat ini, menurut pernyataan perusahaan.
Khususnya, relokasi tersebut tidak berarti adanya pengurangan personel.
Pemogokan tersebut, yang mendapat banyak perhatian dalam industri fesyen, berakar pada kekhawatiran karyawan Gucci mengenai potensi dampak pemogokan tersebut terhadap pekerjaan mereka dan proses kreatif secara keseluruhan.
Karena Roma telah menjadi pusat penting bagi raksasa fesyen tersebut, keputusan mendadak untuk memindahkan sejumlah besar tenaga kerja ke Milan telah memicu ketidakpuasan.
Hingga menimbulkan pertanyaan tentang implikasinya terhadap kreativitas dan dinamika operasional merek terkenal tersebut.
Kantor regional serikat pekerja CGIL menyatakan bahwa keputusan Gucci tidak didasarkan pada alasan yang objektif. Sehingga sulit untuk tidak berpikir bahwa tujuan sebenarnya adalah untuk mengurangi jumlah staf.
Sebaliknya, juru bicara Gucci mengatakan bahwa pemindahan tersebut “tidak akan mengakibatkan pengurangan staf apa pun.
“Dengan relokasi ke Milan, direktur kreatif dan tim berbeda yang terlibat akan memiliki kesempatan untuk berkolaborasi secara erat dengan fungsi strategis perusahaan yang sudah berbasis di kota tersebut, sehingga memaksimalkan interaksi dan sinergi yang diperlukan,” ungkapnya.
Gucci memang sedang berada di kondisi yang tidak baik-baik saja. Hal ini menyusul kepergian direktur kreatif Alessandro Michele pada tahun 2022, pemilik Gucci yang mengubah manajemen puncak label tersebut. Sebab berupaya menghidupkan kembali momentum penjualan merek terbesarnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.