Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Kemenkes Gelar Talkshow Bahas Stunting Bersama Praktisi Kesehatan Masyarakat 

Kemenkes Gelar Talkshow Bahas Stunting Bersama Praktisi Kesehatan Masyarakat
Ilustrasi Penanganan Stunting Anak-anak. (The Andal Post/Nabila Safwa Ashari)

ANDALPOST.COM – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menggelar acara diskusi bersama praktisi kesehatan masyarakat melalui siaran langsung pada Instagram resminya, Jumat (25/8/2023).

Kali ini pihaknya menyelenggarakan talkshow dengan mengusung tema ‘Cegah Stunting dengan Pelajari Pola Asuh dan Hindari Asap Rokok’. Adapun narasumber yang diundang dalam talkshow tersebut adalah Dokter Ngabila Salama, MKM.

Ngabila mengatakan, stunting merupakan salah satu penyakit dari lima penyakit prioritas yang mengancam kesehatan masyarakat. Saat ini stunting juga tengah menjadi fokus pemerintah bersama Kemenkes. 

Lebih lanjut, Ngabila juga menyampaikan penanganan stunting ini kerapkali menjadi bagian dari program atau upaya kerja dari para pejabat atau pihak terkait.

“Jadi stunting ini selalu di posisi yang pertama. Hampir dipastikan ini sangat berbau politis juga. Ya, rata-rata pasti pimpinan daerah dan pimpinan negara pengen stunting nggak ada,” ujar Ngabila dalam keterangannya saat siaran langsung via Instagram @kemenkes_ri.

Dikatakan Ngabila, stunting ini sangat berbahaya karena setara dengan kanker stadium empat. 

“Stunting adalah kondisi yang disebutkan Kemenkes setara dengan kanker stadium 4. Nah, saya itu selalu punya tagline ‘Cegah stunting Cerdaskan Indonesia’. Apalagi kita menuju Indonesia emas 2045,” kata Ngabila.

Di samping itu, ia juga memaparkan empat tahapan stadium dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Empat tahapan tersebut di antaranya ialah:

  • Stadium 1: pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang gagal pada anak
  • Stadium 2:  kekurangan gizi
  • Stadium 3:  gizi yang buruk
  • Stadium 4: penyakit stunting. 

“Jadi kalau udah ketemu masyarakat ada yang stunting, itu udah telat banget anaknya. Ditandai perawakannya udah pendek, IQ menurun. Mungkin anak-anak sunting ini mereka akan tetap aktif seperti cerdas motorik kasar dan halus, bisa jalan-jalan ke sana ke sini. Tetapi nanti ketika dia usia sekolah SD diminta untuk belajar matematika, melakukan analisis, maka anak stunting itu nggak bisa,” jelas Ngabila.

Penyebab Penyakit Stunting 

Salah satu penyebab stunting adalah gizi yang buruk. Namun, lebih dari itu ternyata stunting adalah suatu fenomena yang multidimensional. 

Dalam hal ini, tidak hanya menyangkut masalah kesehatan, tetapi juga sosial, ekonomi, pendidikan, dan kultur. Stunting berhubungan dengan bagaimana seorang anak dibesarkan.

Secara umum, stunting bisa disebabkan oleh pola makan yang tidak bergizi, pola asuh orang tua yang masih keliru. Pemahaman orang tua yang kurang mumpuni bagi tumbuh kembang anak dan masih banyak lagi.

Ngabila pun juga menjelaskan mengenai dampak penyakit stunting. Seperti, penurunan IQ pada otak anak, terjadi kerusakan sel-sel tubuh anak. Lalu pertumbuhan yang terhambat, mulai dari aspek fisik, psikologis, emosional, hingga sosial. 

Obesitas atau berat badan anak menjadi berlebih. Serta memicu penyakit Metabolik, seperti penyakit darah tinggi, kencing manis pada anak, TBC, hingga ISPA.

Potret anak stunting dengan perawakan pendek | sumber Halodoc

Dr Ngabila mengatakan ada empat cara mencegah stunting untuk mencerdaskan anak Indonesia. Adapun empat cara tersebut di antaranya yaitu:

Konsumsi protein hewani

Anak dari usia balita penting untuk mengonsumsi protein hewani, seperti telur, ikan, daging, lele, hingga susu dan produk turunan atau olahannya.

“Protein harus cukup. Jadi yang paling mudah dari protein hewani adalah dari telur-telur. Jenis protein hewani lainnya adalah ikan, daging, ayam, lele. Termasuk juga susu dan produk turunannya,” ujar Ngabila.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.