ANDALPOST.COM – Aplikasi Sehat IndonesiaKu atau ASIK menarik perhatian positif dari Delegasi Kementerian Kesehatan Ghana.
Ketertarikan negara ini terhadap sistem pencatatan digital kesehatan Indonesia, disampaikan secara langsung ketika tujuh delegasi Kementerian Kesehatan Ghana melakukan pengunjungan ke Posyandu Erma A dan B di Kota Bandung, Jawa Barat.
Pengunjungan ini dilakukan untuk Ghana mempelajari praktik baik pemerintah dalam melaksanakan program imunisasi dari tingkat pusat hingga level komunitas.
William Opare, dari Expanded Programme on Immunization Programme, Ghana Health Service (GHS) pada Rabu (17/5/2023), mengatakan bahwa menurutnya, ASIK merupakan aplikasi yang bagus.
“Ada beberapa hal yang bisa kita lihat. Saya pikir ASIK itu sangat bagus,” apresiasinya.
ASIK merupakan aplikasi yang digunakan untuk pencatatan imunisasi secara digital yang dikembangkan oleh Kemenkes RI untuk para tenaga kesehatan.
Tujuan Pengembangan Aplikasi
Tujuan dikembangkannya aplikasi ini adalah agar pencatatan data para pasien dapat dilakukan secara efisien dan terintegrasi dalam satu database.
Hal ini agar para tenaga kesehatan di Puskesmas dan pemangku kepentingan lainnya dapat melakukan analisis data dan mendapatkan rekomendasi operasional.
Selain pencatatan imunisasi, ASIK juga menyediakan fitur yang dapat digunakan oleh para kader dan tenaga kesehatan yang melayani di Posyandu Bayi/Balita, Remaja, Usia, Produktif, hingga Lansia.
Kader Posyandu juga turut didorong untuk menggunakan WhatsApp Chatbot untuk melakukan pelaporan data stunting.
Melalui WhatsApp Chatbot ini, kader Posyandu dapat melakukan input data anak-anak, dari mulai nama, berat badan, dan tinggi badan.
Setelah melakukan pencatatan data menggunakan chatbot WhatsApp ini, nantinya secara otomatis akan muncul grafik tumbuh kembang, lengkap dengan status gizi Balita dan juga rekomendasi untuk upaya tindak lanjut yang disampaikan oleh kader Posyandu kepada orang tua Balita.
Data ini juga akan secara langsung terhubung dan disimpan pada dasbor aplikasi ASIK, di Puskesmas yang terintegrasi dengan platform SATUSEHAT.
Di samping itu, ASIK juga masih terus dikembangkan agar nantinya dapat tetap digunakan meskipun perangkat tidak memiliki akses pada internet.
Hal ini dilakukan agar para tenaga kesehatan yang berada di wilayah Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) yang belum terkoneksi internet, dapat mengoperasikan aplikasi ini.
Selain Indonesia, Ghana yang diwakili oleh William juga sudah memiliki platform digitalnya sendiri, yang dibuat untuk mengurus urusan kesehatan negaranya yaitu District Health Information Software atau DHIS2.
Namun saat ini, sistem digital yang berbasis individu ini masih belum lengkap karena masih dalam masa percontohan.
Tetapi sama seperti ASIK, aplikasi DHIS2 ini juga dapat digunakan di tablet maupun komputer. Selain itu dapat diakses menggunakan jaringan internet dan tanpa jaringan internet.
“Jadi kami sedang dalam proses digitalisasi tetapi belum seluruh negara menetapkan digitalisasi tersebut,” sebutnya.
Tidak hanya tertarik pada aplikasi ASIK, delegasi Kemenkes Ghana juga ikut terpikal dengan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak-anak.
William mengatakan bahwa Ghana juga sudah menerapkan hal yang mirip, tetapi tidak diaplikasikan di seluruh bagian di negaranya.
“Kami juga melihat bahwa ketika anak-anak datang untuk melakukan imunisasi, mereka memiliki beberapa nutrisi untuk dibawa pulang. Ghana biasa melakukan itu di bagian utara negara, tapi itu belum di seluruh negeri. Ini bisa menjadi pelajaran bagi kami untuk mengimplementasikannya di seluruh Ghana,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan bahwa dua program kesehatan di Indonesia yang telah sukses dilaksanakan, nantinya akan coba dipelajari lebih lanjut oleh Ghana untuk selanjutnya diterapkan di negara tersebut.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.