ANDALPOST.COM – Pada akhir tahun lalu, Bank Dunia meramalkan bahwa tahun 2023 akan dihantam oleh resesi. Dalam laporan yang berjudul “Is a Global Recession Imminent?” Bank Dunia menyebutkan apa saja yang melatarbelakangi kemungkinan resesi. Salah satunya ialah kenaikan suku bunga acuan secara agresif yang dilakukan bank sentral berbagai negara dalam upaya meredam laju inflasi.
Prediksi gelap tersebut menghantui semua negara, termasuk Indonesia. Apalagi pada November 2022 lalu, inflasi Indonesia mencapai 5,42%. Bahkan sempat diprediksi tembus di angka 6 persen di akhir tahun.
Klaim Kemenkeu
Adanya ancaman resesi membuat Menteri Ekonomi Sri Mulyani berhati-hati dalam membelanjakan uang negara. Bahkan pada awal tahun 2023, dalam sebuah kesempatan Menkeu menegaskan bahwa Indonesia mengandalkan APBN untuk menghadapi berbagai macam ancaman.
“APBN itu menjadi instrumen yang luar biasa penting untuk menjaga Indonesia, jaga masyarakatnya, jaga ekonominya, jaga dunia usahanya. Kita tetap akan jaga faktor-faktor yang mendukung pemulihan ekonomi,” kata Menkeu.
Saat ini, dunia telah melewati triwulan I di mana sektor ekonomi sudah melakukan evaluasi dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi tiga bulan pertama tahun 2023. Hasilnya, Ekonomi nasional berhasil tumbuh dan melanjutkan tren penguatan sebesar 5,03% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I didukung keras oleh aktivitas konsumsi masyarakat. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,5% (yoy), menguat dibanding pertumbuhan triwulan I 2022 (4,3%) dan tumbuh positif 0,2% secara quarter-to-quarter.
Bantuan dari sektor produksi juga membantu negara dalam perbaikan dan penstabilan ekonomi. Contohnya, sistem pertambangan yang tumbuh kuat sebesar 4,9% di tengah moderasi harga komoditas global. Dari segi manufaktur juga cukup menjanjikan sebab tumbuh sebesar 4,4% (yoy) dan ditopang oleh masih tingginya permintaan pasar akan CPO dan olahan mineral.
Masih ada Ancaman
Meski Kemenkeu mengatakan ekonomi Indonesia tumbuh dengan baik, Bos Bank Indonesia Perry Warjiyo tetap mewanti-wanti masyarakat bahwa masih ada ancaman.
“Kami terus mewaspadai sejumlah tantangan yang dapat muncul ke depan. Baik dari perlambatan ekonomi dunia, pengetatan pasar keuangan global dan tekanan di bank AS,” jelasnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.