Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Lelah Hadapi Inflasi Meroket, Argentina dan Turki Cari Perlindugan di Kripto

Lelah Hadapi Inflasi Meroket, Argentina dan Turki Cari Perlindugan di Kripto
Ilustrasi inflasi moroket, Argentina dan Turki Cari Perlindugan di Kripto. (The Andal Post/Eeza Putri)

ANDALPOST.COM – Argentina dan Turki hingga kini terus mengalami Inflasi yang menyebabkan kedua negara tersebut beralih ke cryptocurrency sebagai tempat berlindung yang aman. Pasalnya, inflasi yang kian meroket membuat keduanya mencari perlindungan dari mata uang lokal yang runtuh.

Menurut sumber CrptoPolitan, Senin (8/5/2023), adopsi mata uang digital tersebut saat ini sangat tinggi terjadi di kedua negara. Hal tersebut lantaran Turki yang memimpin dunia dengan tingkat kepemilikan 27,1 persen, diikuti oleh Argentina sebesar 23,5 persen.

Hal ini secara signifikan lebih tinggi daripada tingkat kepemilikan kripto global yang diperkirakan sebesar 11,9 persen, menurut perusahaan riset GWI.

Tercatat pada Maret 2023, tingkat inflasi tahunan Turki mencapai 50,1 persen, sementara Argentina melonjak hingga 104 persen. Tak heran mata uang mereka yaitu peso lira mengalami penuruan yang mencapai rekor terendah mereka pada tahun ini.

Dampak Inflasi

Akibat dari Inflasi tersebut, pemerintah juga semakin mengkontrol para penduduk di kedua negara tersebut untuk mengambil uang. Alih-alih menarik uang pemerintah dari kedua negara tersebut malah mendorong warganya untuk menggunakan cryptocurrency agar keuangan di negara itu stabil.

Lelah Hadapi Inflasi Meroket, Argentina dan Turki Cari Perlindugan di Kripto
Ilustrasi Bitcoin Dianggap Aset Stabil Dibandingkan Mata Uang Biasa (Pinterest)

Stablecoin, seperti USD Coin (USDC) dan Tether (USDT), yang merupakan token kripto yang dipatok satu banding satu dengan aset tradisional seperti dolar AS atau emas. Telah menjadi alternatif populer bagi orang Argentina dan Turki yang mencari dolar yang langka.

Kepala ilmuwan riset di Tribal Credit, Ehab Zaghloul menjelaskan orang mencari cara untuk melakukan lindung nilai terhadap devaluasi mata uang. Upaya tersebut dilakukan dengan memegang aset yang dipatok ke mata uang yang lebih kuat seperti dolar AS.

“Investor, baik ritel maupun institusi, berpikir bagaimana kita dapat melakukan lindung nilai terhadap devaluasi mata uang,” kata analis Tribal Credit Ehab Zaghloul.

“Secara umum, adopsi kripto cenderung lebih tinggi di negara-negara dengan pembatasan modal, ketidakstabilan keuangan, dan ketidakstabilan politik,” tulis analis di K33 Research.

Ketidakstabilan Politik Negara dan Adopsi Kripto

Dengan adanya pemilihan presiden dan parlemen yang akan datang dan didorong  oleh melemahnya mata uang Turki. Membuat Analis Kaiko Dessislava Aubert mencatat volume perdagangan untuk pasangan USDT-lira Turki mencapai tertinggi bulanan pada pekan lalu.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.