Dilaporkan, penjualan Kimia Farma dalam negeri, tercatat turun sebesar 25,15 persen berdasarkan year on year (yoy) menjadi Rp9,47 triliun.
Sedangkan, untuk penjualan ekspornya sendiri. Perusahaan tersebut telah menurun sebesar 33,46 persen (yoy) dari Rp200,35 miliar menjadi Rp233,30 miliar.
Meskipun begitu, sepanjang tahun 2022, KAEF dilaporkan telah menurunkan beban usaha sebesar 5,41 persen. Diketahui, senilai Rp189 miliar jika dibandingkan dengan tahun 2021.
Diketahui, efisiensi beban usaha tersebut dilakukan dari sisi efisiensi beban operasional. Tentunya, demi optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk dari Kimia Farma.
Di samping itu, Kimia Farma juga sedang mengupayakan untuk menurunkan beban keuangan sebesar 14,21 persen daripada tahun sebelumnya.
Penurunan itu, rencananya akan didukung oleh perbankan melalui penurunan suku bunga dan kredit investasi, ditambah dengan refinancing.
Sebagaimana demikian, KAEF juga telah menerima dan melaporkan cashflow positif pada tahun 2022.
Di akhir Desember 2022, tercatat bahwa nilai kas dan setara kas naik menjadi senilai Rp2,15 triliun dari tahun 2021 yaitu senilai Rp748 miliar.
Tentunya, ini berkat adanya dana dari aksi korporasi unlock value anak usaha yang dimiliki oleh Kimia Farma sendiri, yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA). (ala/adk)