ANDALPOST.COM — Larangan Amerika Serikat (AS) terhadap platform andal TikTok kian memperburuk hubungannya dengan China. Hal ini diungkap oleh analis politik, Jumat (24/3).
Pasalnya, aplikasi raksasa TikTok merupakan platform milik China.
Alhasil, larangan AS terhadap penggunaan aplikasi itu memberikan dampak signifikan terhadap hubungan bilateral kedua negara.
Menurut Asisten Direktur Timur Institut Asia di National University of Singapore (NUS), Chen Gang, hubungan AS dan China yang telah buruk akan menjadi lebih buruk karena hal tersebut.
Lebih lanjut, Gang menjelaskan, latar belakang persaingan geopolitik serta larangan itu menjadi pertanda bahwa AS akan memberikan tindakan tegas terhadap kehadiran teknologi China.
Tak hanya TikTok, platform lain milik China seperti Alibaba dan WeChat diperkirakan juga akan mengalami nasib serupa.
“Hubungan telah memburuk dan saya tidak yakin kita telah melihat dasarnya,” kata Asisten Profesor Benjamin Ho. Dari Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam Universitas Teknologi Nanyang.
“Kegilaan atas TikTok mencerminkan pemikiran Amerika bahwa waktu tidak ada di pihak mereka dalam hal menahan China,” imbuhnya.
CEO TikTok Buka Suara
CEO TikTok, Chew Shou Zi pada Kamis (23/3) memberikan kesaksian selama lebih dari lima jam di depan Komite Energi dan Perdagangan DPR AS.
Shou Zi menegaskan, bahwa aplikasi TikTok tidak membagikan data atau memiliki koneksi dengan Partai Komunis China.
Bahkan, ia menyebut pihaknya melakukan segala cara untuk memastikan keamanan 150 juta penggunanya di Amerika.
“Pertanyaannya adalah apakah negara RRT (Republik Rakyat Tiongkok) ingin mendukung satu perusahaan saja,” kata Associate Professor Chong Ja Ian dari departemen ilmu politik NUS.
Menjelang sidang kongres, Kementerian Perdagangan China pun mengatakan kemungkinan rencana AS. Mengenai larangan penggunaan TikTok dapat merusak kepercayaan investor dari seluruh dunia. Sehingga, China dengan tegas akan menentang AS.
Kendati begitu, platform TikTok memang tidak dapat dipisahkan dari pemerintah China.
Sementara itu, Beijing menyebut perlindungan privasi data pengguna merupakan fokus utama mereka.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.