Konflik Sudan
Kesepakatan dari Qatar dan Mesir dalam memberikan dukungan dan bantuan kemanusiaan kepada Sudan diawali dengan konflik yang bergulir. Hal tersebut kian memanas sejak 15 April lantaran tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat Paramiliter (RSF) mengalami bentrokan.
Bentrokan yang dialami oleh kedua kubu tersebut bertujuan untuk mengambil alih kontrol negara. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh ketidaksetujuan masyarakat terkait dengan integrasi RSF ke dalam militer Sudan.
Bentrokan dari kedua kubu tersebut telah menyebabkan kekacauan dan perang saudara yang tidak ada hentinya. Akibat dari konflik, setidaknya 866 warga sipil telah terbunuh di dalam pertempuran.
Kekacauan yang terjadi juga menyebabkan lebih dari seribu warga sipil luka-luka. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik berkelanjutan dengan potensi yang sangat tinggi di masa mendatang.
Memanasnya konflik yang bergulir telah membuat warga sipil merasakan kesengsaraan yakni sekitar dari 1,4 miliar masyarakat Sudan terpaksa harus meninggalkan rumah. Hal tersebut memaksa mereka harus berpindah ke negara tetangga atau area yang lebih aman.
Kekacauan tersebut juga berdampak kepada pemerintah Sudan yang semakin mengalami ketidakstabilan, sehingga terpaksa harus mengevakuasi misi diplomatik asing.
Konflik yang bergulir ini akhirnya memaksa Doha dan Kairo untuk berpartisipasi dalam upaya menyelenggarakan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Sudan. Bantuan tersebut disalurkan melalui United Nations Central Emergency Response Fund (CERF) sebesar $5M dolar AS pada bulan lalu.
Selain menyalurkan bantuan dalam bentuk keuangan, Mesir juga membuka akses bagi masyarakat Sudan yang melarikan diri dari negaranya sekaligus dalam bentuk dukungan atas upaya kemanusiaan PBB.
Sementara itu, dukungan yang diberikan Qatar kepada masyarakat Sudan adalah dengan menyalurkan bantuan medis dan bahan pangan. (zaa/rge)
