ANDALPOST.COM — Tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk mencari korban gempa bumi di Jepang yang menewaskan 65 orang, Kamis (4/1/2024).
Sementara para pengungsi terus menunggu bantuan lebih lanjut di tengah suhu yang sangat dingin serta hujan lebat.
Gempa berkekuatan awal 7,6 skala Richter melanda semenanjung Noto pada Hari Tahun Baru. Lantas meratakan rumah-rumah dan memutus aliran bantuan ke daerah-daerah terpencil.
Hujan lebat yang mengguyur daerah terdampak gempa itu meningkatkan kekhawatiran terjadinya tanah longsor.
Pasalnya jika itu terjadi akan menghambat tim penyelamat untuk mencari para korban gempa yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Jalan serta infrastruktur rusak, lokasi terpencil di daerah yang terkena dampak paling parah semakin mempersulit upaya penyelamatan.
Tingkat kerusakan dan korban jiwa masih belum jelas hingga kini.
Citra satelit dari Maxar Technologies pun menunjukkan kerusakan parah di wilayah pesisir. Di mana memperlihatkan bangunan-bangunan hancur dan perahu-perahu terbalik.
Prefektur Ishikawa telah mengkonfirmasi 65 kematian, naik dari 55 kematian pada Selasa (2/1/2024) malam.
Menjadikan gempa bumi ini yang paling mematikan di Jepang sejak 2016 lalu.
Beberapa kota telah melaporkan kematian tambahan, sehingga jumlah total kematian mencapai 73, menurut kantor berita Kyodo. Gempa yang lebih kecil pun terus melanda semenanjung tersebut.
Petugas pemadam kebakaran dari prefektur Osaka dan Nara terus melanjutkan perjalanan meskipun terjadi hujan dan gempa susulan di kota Wajima yang terkena dampak paling parah.
Di sisi lain, para warga berlari keluar dari bawah bangunan yang runtuh ketika alarm peringatan gempa kembali berbunyi pada Rabu (3/1/2024) malam.
Sekitar 500 getaran telah terdeteksi sejak gempa pertama pada hari Senin (1/1/2024), menurut Badan Meteorologi Jepang.
“Saya sekarang berusia 65 tahun dan sudah berkali-kali mengalami gempa besar. Tapi gempa ini sangat berbeda dengan gempa lainnya,” kata Yuko yang mengaku sedang mengunjungi keluarganya di Wajima saat liburan.
“Sangat menakutkan dan panjang. Getarannya juga tidak biasa,” katanya.
Pemerintah membuka jalur laut untuk mengirimkan bantuan dan beberapa truk yang lebih besar kini dapat menjangkau beberapa daerah terpencil, kata Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida pada konferensi pers setelah pertemuan tanggap bencana nasional.
“Sudah lebih dari 40 jam sejak gempa pertama terjadi. Ini adalah pertarungan melawan waktu, dan saya yakin sekarang adalah momen krusial dalam pertarungan tersebut,” ujar Kishida.
Di Suzu, sebuah kota berpenduduk sekitar 13.000 orang di dekat pusat gempa, 90 persen rumah mungkin hancur, kata walikota pada hari Selasa.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.