Sejumlah Penolakan terhadap Kompensasi Tersebut
Sementara pada tahun 2018, lima belas korban kerja rodi pada masa penjajahan Jepang menuntut Mahkamah Agung Korea untuk mendesak Jepang memberikan kompensasi kepada mereka.
Mahkamah Agung Korea Selatan menerima tuntutan tersebut. Namun, perusahaan-perusahaan tersebut, termasuk Nippon Steel dan Mitsubishi, menolak untuk bertanggung jawab.
Jepang yang tidak menyetujui keputusan tersebut, membatasi ekspor material yang digunakan untuk chip memori. Sementara Korea Selatan membatalkan perjanjian pembagian informasi intelijen militernya dengan Jepang.
Diketahui, Jepang menjajah dan menganeksasi Semenanjung Korea pada tahun 1910 sampai 1945. Selama masa itu, sebanyak 780.000 orang Korea dipaksa bekerja di pabrik-pabrik dan pertambangan Jepang secara rodi.
Jumlah itu belum termasuk wanita-wanita yang dipaksa menjadi budak seks selama penjajahan Jepang.
Pada tahun 1965, Jepang dan Korea menandatangani sebuah perjanjian yang bertujuan untuk menormalisasikan hubungan antara keduanya dan menyelesaikan kebanyakan isu sejarah.
Saat itu, Korea masih di bawah kepemimpinan diktator militer. Sehingga ketika Korea Selatan berubah menjadi negara demokrasi, banyak masyarakat yang mengekspresikan ketidaksetujuan mereka terhadap perjanjian tersebut.
Dari lima belas orang yang mengajukan tuntutan ke Mahkamah Agung di tahun 2018, tiga dari mereka yang masih hidup pun menolak kompensasi yang hendak diberikan.
Mereka lebih mementingkan harga diri daripada uang yang ditawarkan kepada mereka.
Direktur Institut Jepang di Universitas Nasional Australia, Lauren Richardson menekankan, bahwa hal tersebut bukan hanya soal uang. Menurutnya, Jepang sedang mencoba untuk lari dari tanggungjawab.
“Ini bukan soal uang. Mereka akan melihat ini dan berkata bahwa Jepang sedang mencoba untuk lari dari tanggungjawab,” ucap perempuan itu.
Disisi lain, Menteri Luar Negri Korea Selatan, Park Jin berharap, bahwa Jepang akan merespons dengan positif. Ia pun ingin perusahaan-perusahaan Jepang untuk ikut memberikan donasi dan permintaan maaf yang komprehensif. (xin/ads)