Sedikitnya 28.500 tentara AS ditempatkan di wilayah Korsel sebagai warisan Perang Korea 1950-1953. Pada saat itu berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai. Karena alasan ini, sebenarnya kedua negara secara teknis masih berperang.
Menanggapi Pelatihan AS – Korsel, Pihak Militer Korut juga telah mengecam, bahwa latihan tersebut merupakan upaya invasi.
Ia juga menambahkan, bahwa AS dan Korsel harus menahan diri dari perilaku lebih lanjut yang memperburuk situasi
“Seperti yang sudah diklarifikasi, kami mengawasi gerakan militer yang dilakukan oleh pasukan AS dan militer Korea Selatan dan selalu siaga untuk mengambil tindakan yang tepat, cepat dan luar biasa kapan saja sesuai dengan penilaian kami,” Ujar Kim Yong Un dikutip dari Korean Times.
Tanggapan Latihan Militer oleh AS – Korsel
Menanggapi tindakan AS – Korsel, pihak Korut pun baru-baru ini mengancam akan menggunakan Pasifik sebagai “jarak tembak” sebagai tanggapan atas latihan militer bersama, oleh AS dan Selatan.
“Bakal banyak uji coba rudal balistik yang akan dilakukan di Samudra Pasifik,” ujar Kim Yo Jong.
Sementara itu, Rafael Grossi, direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengatakan pada pertemuan dewan reguler di Wina, Austria, bahwa lokasi uji coba nuklir Korut di Punggye-ri menunjukkan tanda-tanda “sangat meresahkan”.
Lalu diketahui pada Mei tahun lalu, Korut diyakini telah membuat persiapan penuh untuk kemungkinan uji coba nuklir ketujuh, menurut otoritas intelijen Korsel dan AS. (els/ads)