Ditambah dengan pembatasan ekspor beras yang diterapkan India, larangan terbaru itu kian memperketat pasokan di pasar dunia. Lalu menyebabkan harga beras mencapai level tertinggi dalam 15 tahun pada bulan lalu, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).
“Produsen beras di Asia Tenggara telah mengalami peningkatan harga dan akan mendapatkan keuntungan dari tambahan permintaan ekspor dalam lanskap global. Thailand dan Vietnam adalah pemenang utama dalam kasus ini,” kata Deepak S Moorthy, pakar sistem pangan dan mitra asosiasi McKinsey & Company.
Nilai satu ton beras putih berkualitas tinggi dari Thailand pun naik. Dari sekitar Rp7 juta pada pertengahan Juli menjadi Rp9 juta pada akhir Agustus.
Tren serupa dilaporkan oleh Vietnam, yang harga beras putihnya mencapai hampir Rp10 juta per ton pada periode yang sama.
Kedua negara pun mengalami peningkatan volume ekspor beras dalam delapan bulan pertama. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Thailand sebesar 12 persen dan Vietnam sebesar 20 persen.
Disisi lain, Indonesia adalah pembeli beras Thailand terbesar. Sedangkan Filipina adalah importir beras utama Vietnam.
Vietnam dan Filipina sedang dalam proses menyelesaikan perjanjian lima tahun mengenai pasokan beras.
Menurut Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr akan membantu menstabilkan pasokan beras di negaranya. (spm/ads)