Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Mark Zuckerberg Mengaku Gagal Hadapi TikTok

Popularitas TikTok mengakibatkan turunnya 56% pengguna aktif Facebook. (Design by @salwadiatma)

ANDALPOST.COM – Mark Zuckerberg selaku CEO Meta mengatakan bahwa ia gagal mengkurasi konten berbasis AI sebagaimana dilakukan TikTok dalam mencapai kesuksesannya. Ia menyampaikan pernyataan itu pada Rabu (11/01/23).

Dalam sebuah wawancara, Mark sempat menganggap kecil tren berbagi video melalui platform media sosial.

Alhasil, Mark mengaku bahwa ia gagal memahami bagaimana cara orang berbagi video di platform media sosial. 

Di awal kemunculan tren itu, ia tidak langsung mengikuti tren berbagi video karena ia merasa itu hanya akan menjadi “versi YouTube yang lebih pendek”.

Namun, nyatanya fakta tidak mengatakan demikian. Hingga saat ini berbagi video pendek tetap menjadi tren yang terus eksis. 

Mark Miliki Pemikiran Berbeda

Menurut Mark, saat ini para pengguna media sosial tidak mementingan konten siapa yang mereka temukan, namun pada dasarnya mereka menginginkan konten terbaik. 

Pemikiran Mark saat ini sangat berbeda dengan pemikirannya dahulu. Ia menganggap bahwa sebelumnya orang memiliki daftar teman yang mereka ikuti untuk mendapatkan konten yang diinginkan. 

Namun, keadaan tren saat ini tidak lagi seperti itu. Algoritma platform TikTok lah yang banyak digandrungi para pengguna. 

TikTok menjadi populer karena algoritmanya dapat merekomendasikan video pendek yang menarik kepada para pengguna berdasarkan kebiasaan dan riwayat tontonan mereka. 

Alhasil, TikTok mendapatkan peningkatan popularitas yang menjadi tantangan signifikan bagi perusahaan Facebook.

Bagaimana tidak, Facebook mengalami penurunan pengguna di Amerika Utara hingga menyebabkan sahamnya menurun lebih dari 56 persen pada 2022.

Maka dari itu, agar dapat terus bersaing dengan TikTok, Meta berencana menghadirkan lebih banyak konten yang berasal dari luar teman pengguna atau dari luar orang yang mereka ikuti.

Konten yang dihadirkan nantinya menyesuaikan feed para pengguna menggunakan teknologi artificial intelligence (AI).

Semakin berkembangnya teknologi membuat berbagai tren turut berkembang. Nampaknya, algoritma media sosial Facebook saat ini juga mulai bergeser. 

Awalnya, platform besutan Meta itu berfokus menjadi media untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain secara online. Akan tetapi, sepertinya saat ini Facebook juga mulai digunakan sebagai platform hiburan. 

Faktanya, para pengguna menghabiskan lebih dari separuh waktu di aplikasi facebook untuk menonton video. 

Tak Ingin Ikuti Tren Sekarang

Meskipun Mark Zuckerberg mengatakan bahwa video bukanlah hasrat Meta. Agaknya, Mark tidak bisa memungkiri tren yang sedang eksis saat ini. 

Ia menyadari bahwa jika Meta berhenti membuat video, platform media sosial lainnya akan menggantikannya. 

Mungkin memang terlambat bagi Meta untuk menangkap pasar video, namun dalam rangka merespon tren yang sedang berkembang, Mark berencana untuk membuat “mesin penemuan” sebagai teknologi baru yang dapat melampaui video. 

“Anda memiliki beberapa menit dan anda ingin menemukan konten terbaik. Terkadang saya ingin menonton video secara khusus, tetapi sering kali saya hanya menginginkan yang terbaik,” ucap Mark saat menjelaskan rencananya. 

Agaknya, keterlambatan Meta dalam memahami tren berbagi video pendek itu mengakibatkan turunnya nilai saham perusahaan pada kuartal terakhir 2021. 

Meta bahkan sempat kehilangan 66,36 persen nilai penggunanya, terhitung sejak puncaknya pada September 2021.

Catatan itu terus memburuk sejak Februari setelah Meta melaporkan bahwa mereka telah kehilangan pengguna aktif harian di situs Facebook.

Laporan itu merupakan catatan terburuk untuk pertama kalinya pada kuartal terakhir tahun 2021.

(NFK/MIC)