ANDALPOST.COM – Sejak BBC pertama kali melaporkan lusinan tuduhan yang ditujukan ke perusahaan rantai makanan cepat saji McDonald’s, semakin banyak staf dan mantan staf yang kemudian muncul.
Perdana Menteri Britania Raya, Rishi Sunak, mengatakan bahwa hal ini sekarang merupakan tanggung jawab perusahaan untuk “mengambil langkah yang tepat”.
“Siapa pun yang terlibat harus maju dan berbicara dengan proses pengaduan tentang itu, dan itulah cara yang tepat untuk menangani masalah ini,” ucapnya.
Pihak McDonald’s mengatakan bahwa atas hal ini, staf dapat menghubungi hotline telepon rahasia yang sudah disediakan, untuk melakukan pengaduan.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa seluruh pelanggaran kode etik McDonald’s yang terbukti akan diproses.
Proses itu merupakan “tindakan paling berat yang dapat diterapkan perusahaan secara hukum, hingga dan termasuk pemecatan,” katanya.
Apa Saja Tuduhan yang Diberikan Terhadap McDonald’s?
Kepada BBC, banyak pekerja dan mantan pekerja McDonald’s yang melapor bahwa sebelumnya mereka telah menghubungi pihak perusahaan mengenai kejadian yang mereka alami.
Namun, atas pengaduan tersebut, pihak perusahaan tidak melakukan tindakan apa-apa.
Salah satu pengakuan ini diberikan oleh Liv, seorang mantan staf McDonald’s.
Liv mengatakan bahwa ia pernah diberikan komentar-komentar tidak pantas yang mengandung unsur seksis, rasis, hingga homofobik.
Atas hal ini, Liv mengadu dengan mengajukan komplain ke perusahaan.
Liv mengatakan bahwa budaya kerja di McDonald’s cabang Inggris Timur tersebut “terlalu baik” dengan budaya rasisme dan seksisme yang beracun.
Tuduhan ini ia sampaikan mengenai keluhannya tentang rekan kerja pria-nya yang jauh lebih tua, yang telah berulang kali mencoba mengikutinya ke toilet.
Setelah itu ia melaporkan perilaku tersebut kepada dua manajer. Akan tetapi, ia malah disuruh untuk mengabaikan hal tersebut, dan pada akhirnya, pria tersebut masih bekerja dengannya.
Selain tuduhan Liv, ada juga tuduhan-tuduhan lain yang diajukan kepada McDonald’s, khususnya mengenai masalah pelecehan.
Tuduhan-tuduhan tersebut antara lain”
- Seorang manajer wanita yang lebih tua pernah memaksa pekerja yang lebih muda untuk menurunkan celananya, kemudian memukul pantatnya
- Seorang manajer yang merokok ganja dan menggunakan kokain di kantor saat sedang bekerja
- Seorang manajer yang mengedarkan narkoba kepada karyawan
- Adanya pukulan dan kontak fisik lain yang tidak diinginkan, yang dianggap sebagai bentuk “mengolok-olok”
- Saran dan komentar mengandung unsur seksual yang dibuat oleh seorang manajer kepada anggota staf yang sangat muda, tentang mereka di depan orang lain
- Panggilan nama, termasuk cercaan
- Seorang manajer yang mengancam anggota staf dengan pisau.
McDonald’s Menunjukkan Krisis SDM
Seorang pengacara hukum ketenagakerjaan di Aaron & Partners, Claire Brook, menyampaikan pendapat profesionalnya mengenai hal ini.
Ia mengatakan bahwa meskipun McDonald’s merupakan perusahaan model waralaba dan tidak mempekerjakan staf yang bersangkutan secara langsung, tetap saja ini “masih merupakan krisis SDM dan reputasi merek”.
Ia menambahkan bahwa tuduhan-tuduhan ini menunjukkan bahwa McDonald’s telah gagal menciptakan lingkungan kerja yang sesuai.
“Tuduhan dan laporan yang sangat banyak ini adalah pengingat yang jelas tentang konsekuensi kegagalan menciptakan lingkungan kerja yang sesuai, yang memiliki tantangan tambahan untuk model waralaba multi-situs yang besar,” tuturnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.