ANDALPOST.COM – Flu tomat pertama kali menarik perhatian para dokter di distrik Kollam di Kerala, India, pada Senin (6/5/2022).
Sejak itu, ratusan anak terkena dampaknya. Kebanyakan dari mereka berusia di bawah sembilan tahun. Namun, hingga saat itu belum diketahui penyebab flu tomat.
Gejala pada anak-anak yang terkena wabah tersebut mirip dengan virus chikungunya. Termasuk munculnya ruam dan melepuh merah berbentuk menyerupai tomat. Karena itulah dijuluki sebagai flu tomat.
Beberapa ahli percaya itu mungkin efek lanjutan dari chikungunya atau demam berdarah, bukan infeksi virus baru.
Menurut sebuah surat yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Respiratory Medicine, demam, ruam, dan nyeri sendi adalah gejala utama pada anak-anak yang terkena flu tomat.
Ruam merah berbentuk tomat dan lepuh yang menyakitkan muncul di kulit, menyebabkan iritasi kulit pada anak-anak.
Selain itu, mual, muntah, kelelahan, dan gejala mirip influenza juga diamati selama munculnya flu tomat.
Di Nepal, seorang pria berusia 45 tahun tanpa riwayat perjalanan ke India awalnya tidak menunjukkan gejala, kecuali nyeri sendi.
Namun, ia segera mengalami ruam dan melepuh merah berbentuk tomat, terutama di telapak tangan, kaki, dan lidahnya, kira-kira dua minggu setelah didiagnosis dengan infeksi virus dengue. Selain itu, pasien mengeluhkan ruam dan lepuhan yang mengganggu tetapi tidak menyakitkan.
Dokter kulit yang mendampingi mengesampingkan infeksi virus lain seperti HIV (1 & 2), virus hepatitis B dan C, cacar air, dan herpes setelah pengujian laboratorium dan pemeriksaan klinis. Ini adalah kasus pertama penyakit mirip flu tomat yang dilaporkan di Nepal, negara kedua setelah India.
Berbeda dengan wabah yang terlihat di antara anak-anak di bawah sembilan tahun di India, pasien yang mengidap penyakit di Nepal adalah orang dewasa dengan gejala yang berbeda.
Alasan di balik perbedaan gejala yang diamati di India dan Nepal saat ini tidak diketahui. Namun faktor usia bisa menjadi salah satu penjelasan yang masuk akal.
Awalnya, infeksi virus baru diyakini bertanggung jawab atas wabah Kollam di India. Namun, flu tomat segera menjadi nama yang diperdebatkan di antara para ahli hingga mengidentifikasi penyebabnya.
Sebuah surat baru-baru ini yang diterbitkan dalam The Pediatric Infectious Disease Journal melaporkan bahwa penyebab flu tomat diidentifikasi sebagai enterovirus (CA16) pada dua anak, yang baru saja kembali ke Inggris dari Kerala. Virus tersebut juga menjadi penyebab penyakit mulut dan kuku (HFMD).
HFMD bukanlah penyakit baru. Sebelumnya telah dilaporkan menyerang bayi dan anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa karena kurangnya fasilitas pengujian laboratorium molekuler yang andal dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis.
Sehingga, mengarah pada manajemen tidak tepat dan menimbulkan tantangan dalam mencegah penyebaran wabah secara cepat.
Menurut jurnal The Lancet Respiratory Medicine, penulis tidak yakin tentang penyebab wabah flu tomat di distrik Kollam.
Namun, terlepas dari ketidakpastian ini, penulis merekomendasikan untuk mengobati penyakit tersebut sesuai gejalanya, termasuk istirahat, minum air yang cukup untuk meredakan dehidrasi dan ruam merah. Dengan asumsi itu mungkin infeksi virus yang mirip dengan chikungunya, demam berdarah atau HFMD. (SPM/FAU)