ANDALPOST.COM – Penembakan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina Selatan kembali terulang. Hal ini dikhawatirkan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan besar.
Pasalnya, lokasi Zaporizhzhia hanya sekitar 500 km dari lokasi kecelakaan nuklir terburuk di dunia yang dikenal sebagai bencana Chornobyl tahun 1986 silam.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) berulang kali menyatakan keprihatinan atas penembakan pembangkit listrik tersebut. Bahkan, IAEA telah mengusulkan pembentukan zona perlindungan keselamatan dan keamanan nuklir yang andal di sekitar pembangkit.
Lantas, bahan apa yang ada di pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa tersebut? Mengapa Rusia dan Ukraina Memperebutkannya?
Mengenal Zaporizhzhia
Pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia memiliki enam reaktor VVER-1000 V-320 berpendingin air dan moderasi air rancangan Soviet yang mengandung Uranium 235 dan memiliki waktu paruh lebih dari 700 juta tahun.
Konstruksi pembangkit listrik tenaga nuklir itu dimulai pada tahun 1980 silam. Reaktor keenamnya dihubungkan ke jaringan pada tahun 1995. Keenam reaktor tersebut sekarang dalam keadaan dingin setelah reaktor No. 6 ditutup pada 12 September tahun ini.
“Shutdown” dingin berarti suhu reaktor di bawah titik didih tetapi pompa listrik yang menggerakkan air melalui teras reaktor harus tetap bekerja untuk mendinginkan bahan bakar.
Apa Risikonya?
Risiko terbesar adalah dari bahan bakar nuklir yang terlalu panas akibat daya yang menggerakkan sistem pendingin diputus.
Penembakan yang terjadi berulang kali menyebabkan kabel listrik terputus.
Pembangkit tersebut kehilangan sisa daya eksternal terakhirnya pada 8 Oktober 2022, sehingga bergantung pada generator diesel. Hal ini diungkap oleh Badan Energi Atom Internasional. Kemudian, saluran listrik yang terputus telah dipulihkan pada 9 Oktober lalu.
Sebelum perang antara Ukraina dan Rusia, pabrik memiliki empat saluran listrik bertegangan tinggi yang memberikannya akses ke jaringan serta beberapa saluran cadangan.
Bisakah Reaktor Meleleh?
Air bertekanan digunakan untuk memindahkan panas dari reaktor bahkan ketika reaktor dimatikan. Air yang dipompa juga digunakan untuk mendinginkan bahan bakar nuklir bekas yang dikeluarkan dari reaktor.
Jika listrik padam dan sistem tambahan seperti 20 generator diesel (yang memiliki cukup solar untuk 10 hari) gagal menjaga reaktor tetap dingin, maka bahan bakar dapat meleleh dan kelongsong zirkonium dapat melepaskan hidrogen.
Apa Yang Terjadi Jika Reaktor Meleleh?
Kehancuran bahan bakar yang sangat panas untuk beberapa waktu, bahkan usai reaktor dimatikan, dapat memicu kebakaran atau ledakan yang dapat melepaskan gumpalan radionuklida ke udara. Di mana radionuklida dapat tersebar di area yang luas.
Sama halnya saat terjadi kecelakaan Chornobyl tahun 1986 yang menyebarkan Iodine-131, Caesium-134, Strontium-90 dan Caesium-137 di bagian utara Ukraina, Belarusia, Rusia, Eropa utara dan tengah.
Akibat insiden tersebut, hampir 8,4 juta orang di Belarus, Rusia dan Ukraina terpapar radiasi, menurut PBB. Sekitar 50 kematian secara langsung dikaitkan dengan bencana itu.
Ada banyak sekali bukti bahwa dampak kesehatan dari bencana Chornobyl jauh lebih serius daripada yang disajikan ke publik.
Bahkan, kasus kanker tiroid pada anak-anak di Belarusia, Rusia, dan Ukraina meningkat setelah kecelakaan itu. Selain itu juga ada gangguan lainnya, seperti endokrin, anemia, dan penyakit pernapasan yang jauh lebih tinggi di antara anak-anak di daerah yang terkontaminasi.
Bagaimana Dengan Bahan Bakar Bekas?
Selain reaktor, di lokasi juga terdapat fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas kering untuk rakitan bahan bakar nuklir bekas. Dilengkapi juga dengan kolam bahan bakar bekas di setiap lokasi reaktor yang digunakan untuk mendinginkan bahan bakar nuklir bekas.
“Cekungan bahan bakar bekas hanyalah kolam besar dengan batang bahan bakar uranium di dalamnya – sangat panas tergantung berapa lama mereka berada di sana,” Kate Brown, seorang sejarawan lingkungan di Massachusetts Institute of Technology.
“Jika air tawar tidak dimasukkan, maka air akan menguap. Begitu air menguap, maka kelongsong zirkonium akan memanas dan dapat terbakar dan kemudian kita mengalami situasi yang buruk – api uranium yang diiradiasi yang sangat mirip dengan Situasi Chornobyl melepaskan seluruh kompleks isotop radioaktif,” paparnya.
Emisi hidrogen dari kolam bahan bakar bekas menyebabkan ledakan di reaktor 4 dalam bencana nuklir Fukushima Jepang pada tahun 2011 silam.
Menurut pengajuan Ukraina tahun 2017 ke IAEA, ada total lebih dari 2.200 ton bahan nuklir tidak termasuk reaktor.
Siapa Yang Mengendalikan?
Setelah menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, pasukan Rusia mengambil alih pabrik tersebut pada awal Maret.
Unit militer khusus Rusia menjaga fasilitas tersebut dan spesialis nuklir Rusia ada di lokasi. Staf Ukraina juga terus membantu mengoperasikan pabrik.
Setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mencaplok sebagian besar Ukraina, termasuk area di mana pembangkit nuklir itu berada, dia menandatangani dekrit pada 5 Oktober untuk meresmikan kendali Rusia atas pembangkit tersebut. (SPM/FAU)