Sedekah bumi merupakan sebuah upacara adat atau tradisi sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil bumi yang telah diperoleh, Jumat (18/8/2023).
Selain itu, sedekah bumi juga dapat diartikan sebagai sarana memanjatkan doa, agar dijauhkan dari malapetaka serta diberi keselamatan.
Biasanya upacara adat tersebut digelar pada hari nahas tahun atau awal bulan Muharam atau Sura.
Sedekah bumi kerap dilaksanakan di sejumlah tempat yang dianggap sakral. Seperti masjid, balai desa, perempatan jalan, bendungan, atau lainnya.
Para warga yang berpartisipasi dalam acara sedekah bumi kerap membawa beberapa makanan dan berbagai jenis hasil bumi. Seperti umbi-umbian, biji-bijian, sayuran, dan buah.
Usai membacakan doa, warga biasanya langsung membagikan makanan tersebut kepada masyarakat yang hadir di acara itu.
Selain itu, acara tradisional itu juga masih menggunakan sesajen, seperti bubur sura dan hasil bumi untuk dikuburkan dan dimakan.
Sejarah Sedekah Bumi
Seperti diketahui, sedekah bumi merupakan sebuah acara yang digelar sebagai bentuk rasa syukur masyarakat.
Upacara tradisional itu telah berlangsung dari zaman nenek moyang hingga kini. Sedekah bumi diyakini berawal dari penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Dalam acara tradisional itu terkandung nilai-nilai pendidikan Islam, yakni terkait keimanan.
Pasalnya, para warga melakukan pembacaan doa serta tahlil sebelum prosesi sedekah bumi dimulai.
Selain itu, sedekah bumi juga mengajarkan masyarakat untuk selalu bersyukur atas rezeki yang mereka dapat dalam satu tahun tersebut.
Tradisi tersebut mayoritas dilakukan oleh masyarakat Jawa yang hidup dari hasil sawah dan ladang. (spm/ads)