Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Mengenal Tren Tang Ping Asal China: Lebih Memilih Rebahan Daripada Bekerja

Mengenal Tren Tang Ping Asal China: Lebih Memilih Rebahan Daripada Bekerja
Ilustrasi tren Tang Ping dari China. (The Andal Post/Clarencia Mayvianti)

ANDALPOST.COM — Terdapat sebuah tren yang sangat ramai dibicarakan kembali akhir-akhir ini. Di mana tren tersebut mendukung gerakan tetap rebahan dibandingkan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. 

Tren tersebut muncul di China dan mulai dibicarakan sejak April 2021. Tren yang bernama Tang-Ping (躺平/TP), yang berarti “berbaring” atau rebahan secara harfiah, telah menjadi kata kunci di media web China. Yang mengacu pada gaya hidup sederhana tanpa usaha keras.

Hal tersebut mulai ramai diperbincangkan ketika media web China, Baidu Teiba mulai mengulas gaya hidup masyarakat. Khususnya generasi muda yang mulai ramai memilih gaya hidup tersebut.

Diketahui bahwa postingan yang di unggah pada forum internet asal China tersebut saat ini telah dihapus. Di mana memuat cerita seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun tidak memiliki pekerjaan tetap atau penuh waktu selama dua tahun. 

Kemunculan Tang Ping

Pengunggah pertama yang diketahui seorang pria tersebut menjelaskan, bagaimana kehidupannya selama dua tahun hanya diisi dengan pekerjaan paruh waktu dengan menghasilkan 200 Yuan perbulan atau sekitar Rp. 400.000 per bulan. 

Pria tersebut mulai menceritakan bagaimana kesederhanaan dalam kehidupan sebenarnya dapat dipenuhi dengan gaji yang tergolong kecil tersebut. 

Dalam sebuah penelitian yang memperdalam tren tersebut juga menjelaskan, bagaimana oster itu juga mengutip filosofi sinisme Yunani kuno untuk menafsirkan perilakunya sebagai “saya bisa tidur di toples dan berjemur sebagai Diogenes”.

Ilustrasi Tren Tang Ping di China: Sumber: tsingyangroup.com

Di mana maksud dari pernyataan tersebut merupakan cerminan dari Sinisme. Yakni sebuah kepercayaan bahwa orang yang menganut, pada dasarnya tidak memiliki cita-cita dan cenderung berpasrah terhadap keadaan.

Orang yang berpegang pada paham tersebut juga seringkali menganggap bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada sesuatu yang abstrak. Lantas dalam konteks ini adalah uang. 

Berkembangnya TP membuat banyak orang yang mempercayainya sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap persaingan sosial yang terjadi di era modern saat ini.

Di mana pada media lokal Chiculture menjelaskan, bahwa hal tersebut juga merupakan bagian dari kekecewaan generasi muda lingkungan sosial saat ini dalam hal ekonomi dan sosial.

Pada media tersebut juga mengungkap secara singkat tren ini memiliki kunci. Seperti, “jangan beli rumah, jangan beli mobil, jangan nikah, jangan punya anak, jangan boros”.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.