ANDALPOST.COM – United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan Program Pembangunan PBB menanggapi persoalan kematian akibat perubahan iklim.
Seperti yang diketahui, UNDP merupakan organisasi terbesar dalam PBB dan organisasi multilateral paling besar. Mereka umumnya memberi bantuan teknis dan pembangunan di dunia.
Menurut UNDP, dampak perubahan iklim tidak merata secara global akan menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam ketidaksetaraan selama beberapa tahun dan dekade mendatang.
Di sisi lain, melansir news.un.org, kematian akibat perubahan iklim meningkat dua kali lipat kematian yang disebabkan oleh penyakit semua jenis kanker. Kematian ini, setara juga dengan 10 kali kematian tahunan lalu lintas di jalan.
Berdasarkan perkiraan total jumlah tersebut, tentu menunjukkan angka kematian dalam jumlah yang sangat mengkhawatirkan.
Human Climate Horizons menyatakan perubahan iklim akan semakin memperburuk ketimpangan. Pembangunan pun menjadi tidak merat, apabila tidak ada tindakan andal yang dilakukan bersama untuk menanggulanginya.
“Karena tindakan manusia, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer kita mencapai tingkat berbahaya. Ini mendorong suhu bumi lebih tinggi dan memperkuat frekuensi intensitas peristiwa ekstrem,” tulis dalam platform Human Climate Horizons yang baru diluncurkan, Selasa (4/10/2022).
Dampak Kematian
Berdasarkan analisis Laporan Pembangunan Manusia 2020, 2021, dan 2022 (didukung oleh aliran penelitian perbatasan yang terus berkembang).
Data menunjukkan bagaimana perubahan iklim dapat berdampak pada kehidupan masyarakat, mulai dari kematian hingga mata pencaharian, dan penggunaan energi.
Meskipun suhu yang lebih tinggi dan iklim yang lebih hangat menempatkan sistem kardiovaskuler dan pernapasan di bawah tekanan. Hasilnya akan berbeda-beda antar tiap-tiap wilayah atau daerah.
Misalnya, data menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan angka kematian di Faisalabad, Pakistan.
Hampir 67 kematian per 100.000 penduduk yang menyebabkan lebih banyak kematian daripada stroke. Padahal, stroke sendiri merupakan penyebab utama kematian ketiga di negara tersebut.
Sedangkan di Riyadh, Arab Saudi. Orang-orang dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat menjaga angka kematian menjadi 35 per 100.000, yang masih lebih mematikan daripada penyakit Alzheimer.
Penyakit itu merupakan penyakit yang menjadi penyebab utama kematian ke-6 secara global.
Dampak terhadap Naiknya Suhu
Sejak akhir abad ke-19, suhu rata-rata bumi telah meningkat hampir 1,2°C. Hal ini mengubah seluruh luas permukaan planet.
Namun, miliaran orang tinggal di wilayah telah mengalami pemanasan lebih besar dari rata-rata global.
Sebagai contoh, Maracaibo, Venezuela menyebutkan bahwa pada 1990-an rata-rata 62 hari tahunan dengan suhu melebihi 35°C.
Namun, pada pertengahan abad, jumlah itu kemungkinan akan melonjak hingga 201 hari.
Dampak terhadap Sumber Energi
Berdasarkan keterangan UNDP, ketersediaan listrik dan bahan bakar yang digunakan untuk menyalakan AC. Serta dengan pemanas memainkan peran penting dalam kenaikan suhu ekstrem.
Namun, dampak perubahan iklim terhadap penggunaan energi akan bervariasi secara lokal. Hal tersebut karena individu, komunitas, dan bisnis beradaptasi dengan kondisi menggunakan sumber daya yang tersedia.
Di Jakarta, misalnya, konsumsi listrik sebagai respons terhadap suhu yang lebih hangat diperkirakan meningkat sekitar sepertiga dari konsumsi rumah tangga saat ini di Indonesia.
Ini akan membutuhkan perencanaan infrastruktur tambahan yang penting.
Dampak terhadap Tenaga Kerja
Suhu ekstrem yang lebih sering dan lebih parah juga berdampak pada mata pencaharian. Ini termasuk mempengaruhi kemampuan untuk melakukan tugas dan durasi pekerjaan.
Para tenaga kerja yang terdampak adalah orang-orang yang bekerja di bawah terik matahari.
“Dampak perubahan iklim berbeda di seluruh sektor ekonomi dengan pekerja di industri berisiko tinggi yang terpapar cuaca seperti pertanian, konstruksi, pertambangan, dan manufaktur yang paling terpengaruh,” menurut data news.un.org
Di Niamey, Niger, di sektor-sektor seperti konstruksi, pertambangan dan manufaktur, panas yang berlebihan menyebabkan 36 jam kerja lebih sedikit setiap tahun, dan mengambil 2,5 persen dari PDB negara itu di masa depan.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.