Lebih lanjut, China malah mengutuk sanksi Barat terhadap Rusia dan menuduh NATO serta Amerika Serikat (AS) memprovokasi serangan Moskow terhadap Ukraina.
Sementara itu, pada konferensi pers 7 Maret lalu, Qin Gang menyindir AS telah merusak upaya perdamaian di Ukraina untuk memperpanjang konflik demi keuntungannya sendiri.
“Tampaknya ada tangan tak terlihat yang mendorong perpanjangan dan eskalasi konflik dan menggunakan krisis Ukraina untuk melayani agenda geopolitik tertentu,” beber Qin.
Presiden China Bakal Bertemu Putin
Terlepas dari hal tersebut, rencananya presiden China Xi Jinping akan mengunjungi Rusia pada pekan depan.
Kunjungan Jinping tersebut menjadi kunjungan pertamanya ke Rusia sejak Putin melancarkan agresi ke Ukraina.
Pertemuan antara pejabat negara itu akan dilihat sebagai dukungan kuat dari China untuk Rusia.
Namun, para pemimpin justru semakin waspada terhadap kemitraan yang semakin dalam antara kedua negara saat perang berkecamuk di Eropa.
Qin Gang mengungkapkan, kunjungan itu akan berlangsung dari Senin hingga Rabu depan atas undangan Putin dan menegaskan bahwa perang di Ukraina akan menjadi bagian inti dari pembicaraan mereka.
“Proposisi China bermuara pada satu kalimat, yaitu mendesak perdamaian dan mempromosikan pembicaraan,” kata juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin.
Sementara itu, pihak Rusia mengatakan, kedua pemimpin akan membahas masalah topikal pengembangan lebih lanjut hubungan kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis antara negara itu dan China.
“Pertukaran pandangan juga direncanakan dalam rangka memperdalam kerja sama Rusia-Tiongkok di arena internasional. Sejumlah dokumen bilateral penting akan ditandatangani,” jelas pihak Rusia. (spm/ads)