Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Menteri Pertahanan Rusia Ungkap ‘Serangan Balasan’ Ukraina Belum Sukses

Menteri Pertahanan Rusia Ungkap ‘Serangan Balasan’ Ukraina Belum Sukses
enteri Pertahanan Rusia mengungkapkan bahwa serangan balasan Ukraina telah berhenti | Sumber: Press Service of the Ministry of Defense of the Russian Federation/TASS

Dugaan Serangan ‘Teroris’ Ukraina

Berikutnya, selain informasi dari pihak kementerian pertahanan, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Rusia, Nikolay Patrushev sempat menyatakan akan serangan ‘teroris’ Ukraina.

Menurut Nikolay, dia mengungkapkan bahwa karena pihak pasukan AFU telah ‘gagal’ dalam melawan pasukan Rusia di lapangan. Pihak Ukraina pun, melakukan serangan ke infrastruktur sipil di Rusia, yang diduga didukung oleh AS.

“Dengan koordinasi penanganan Barat, layanan spesial Ukraina (pasukan khusus) sedang melaksanakan berbagai serangan dengan kendaraan tanpa awak di udara dan laut,” terang Nikolay.

“Terhadap, Moskow, Krimea, perbatasan akan wilayah Rusia dan bagian negara lainnya,” sambungnya.

“AS dan satelit-satelitnya (negara Barat lainnya), yang sadar bahwa perang tidak dapat menimbulkan kekalahan pada Rusia. Telah, mulai secara aktif menggunakan metode teroris,” tambah Nikolay.

Menteri Pertahanan Rusia Ungkap ‘Serangan Balasan’ Ukraina Belum Sukses
Foto jembatan Krimea di seberang Selat Kerch pada July 2023 Sumber SputnikKonstantin Mihalchevskiy

Secara khusus, Nikolay mencontohkan serangan pada jembatan Krimea pada awal bulan Juli 2023 lalu sebagai salah satu serangan ‘teroris’ Ukraina. Di mana, dua sipil (orang) terbunuh dalam serangan.

Lalu, selain serangan di Krimea, terdapat laporan lain yang menunjukkan serangan Ukraina ke kota Taganrog, menargetkan infrastruktur sipil di sana.

Atas hal tersebut, pihak PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), khususnya juru bicara bagian Kantor Hak Asasi Manusia Elizabeth Throssell ‘tidak menyetujui’ tindakan Ukraina.

“Seperti yang diketahui, pihak-pihak dalam sebuah konflik harus selalu membedakan antara combatant (militer) dan orang sipil,” ungkap Elizabeth kepada TASS pada 31 Juli 2023.

“Warga sipil harus tidak pernah menjadi sasaran yang disengaja dalam serangan,” lanjutnya. (adk/lfr)