SYL mengatakan bahwa adakalanya ia berada pada suatu momen yang mengingatkan tentang realisme yang pernah dilakukan. Semua tidak ada yang instan.
Ia juga menyinggung soal curahan hatinya yang ia tuangkan pada buku The SYL Way: I Love My Job halaman 9, ia kemudian membacakan sepenggal kutipan dari buku tersebut.
“Intinya lawan itu stress, bangun optimisme semangat tak pernah kenal menyerah. Kadang-kadang yang negative positive thingking ka! Jangan lupa kau anak Rajawali Sang penakluk Benua,” tuturnya.
SYL juga menyampaikan bahwa lauching buku tersebut menjadi momentum konsolidasi emotional.
“Bukan peluncuran bukunya yang penting. Tapi ada konsolidasi emotional di tempat dimana kita dibesarkan bersama dan itu di Unhas itu di antara kita,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dalam wawancara SYL juga mengatakan bahwa buku ini bercerita soal realisme dan legacy yang diharapkan bisa sampai ke pembaca.
“Life is crisist, life is a love, but life is a legacy. Dibalik dinamika yang ada idealism itu harus dimuarai dengan akhir adakah legacy yang diwariskan. Dan buku itu (The SYL Way) bercerita tentang itu,” tutup SYL. (azi/fau)