ANDALPOST.COM — Sebanyak 4.800 anak dilaporkan meninggal dunia dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza, Minggu (5/11/2023).
Sehingga, jumlah korban tewas setelah hampir sebulan pemboman Israel mencapai 9.770, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Pada Minggu sore, serangan udara Israel menghantam beberapa rumah di dekat sebuah sekolah di kamp pengungsi Bureji di Gaza tengah. Di mana menewaskan sedikitnya 13 orang, menurut pejabat di Rumah Sakit Al-Aqsa.
Kamp tersebut dihuni oleh sekitar 46.000 orang dan juga diserang pada Kamis (2/11/2023) pekan lalu. Ini merupakan kamp pengungsi ketiga yang terkena serangan udara Israel dalam 24 jam terakhir.
Lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan di kamp pengungsi al-Maghazi dan Jabalia di Gaza.
Rekaman yang beredar memperlihatkan orang-orang mencari di bawah reruntuhan rumah untuk mengevakuasi para korban.
Pembantaian yang Sesungguhnya
Arafat Abu Mashaia, seorang warga kamp al-Maghazi, mengatakan serangan udara Israel meratakan beberapa rumah bertingkat tempat orang-orang yang terpaksa keluar dari wilayah Gaza lainnya berlindung.
“Itu benar-benar pembantaian,” katanya pada Minggu pagi sambil berdiri di reruntuhan rumah yang hancur.
“Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai. Saya menantang siapapun yang mengatakan ada pejuang perlawanan di sini,” imbuhnya.
Kamp tersebut, merupakan kawasan perumahan yang dibangun. Terletak di zona evakuasi di mana militer Israel mendesak warga sipil Palestina untuk mencari perlindungan karena mereka memfokuskan serangan militernya ke utara.
Saeed al-Nejma (53) mengatakan, ia sedang tidur bersama keluarganya ketika ledakan terjadi di lingkungan tersebut.
“Sepanjang malam, saya dan teman-teman lainnya berusaha mengambil korban tewas dari reruntuhan. Kami punya anak, dipotong-potong, dicabik-cabik dagingnya,” katanya.
Pesawat-pesawat Israel kembali menjatuhkan selebaran, mendesak masyarakat untuk menuju ke selatan Gaza selama empat jam pada hari Minggu.
Kerumunan orang terlihat berjalan kaki menyusuri jalan raya utama utara-selatan dengan hanya membawa apa yang bisa mereka bawa. Sedangkan yang lainnya memimpin kereta keledai.
Seorang pria mengatakan ia harus berjalan sejauh 500 meter (1.640 kaki) dengan tangan terangkat saat melewati pasukan Israel.
Warga lainnya menyebut mereka melihat mayat di dalam mobil yang rusak selama perjalanan.
“Anak-anak pertama kali melihat tank. Ya ampun, kasihanilah kami,” kata seorang warga Palestina yang menolak menyebutkan namanya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.