Serangan Israel
Di sisi lain, nampaknya kini Israel tengah menyusun serangan sistematis terhadap kamp pengungsi Gaza.
Serangan udara yang berulang-ulang terhadap kamp-kamp pengungsi di Gaza tengah dan selatan adalah alasan mengapa masyarakat tidak menganggap serius pengumuman Israel yang menjamin koridor aman untuk melakukan perjalanan ke selatan.
Menurut PBB, 1,5 juta orang kini menjadi pengungsi internal di Gaza dari total populasi 2,3 juta jiwa.
Pemogokan dan pengungsian terjadi ketika Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken bertemu dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di Tepi Barat yang diduduki pada hari Minggu.
Blinken menegaskan kembali posisi Washington yang menyerukan gencatan senjata di Gaza untuk melindungi warga sipil dan mengizinkan warga negara asing untuk pergi.
Baik Mesir maupun Yordania mengecam sikap tersebut secara terbuka pada konferensi pers pada hari Sabtu (4/11/2023)..
Mereka juga menyerukan gencatan senjata segera. Hal ini tentu sejalan dengan sikap para pemimpin lain di wilayah tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kembali menolak gagasan untuk menghentikan serangan itu.
Ia justru mengabaikan seruan serta protes di seluruh dunia.
“Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya sandera kami, kami mengatakan hal ini kepada musuh dan teman kami. Kami akan terus melanjutkan sampai kami mengalahkan mereka,” kata Netanyahu kepada awak udara dan darat di Pangkalan Angkatan Udara Ramon di Israel selatan pada hari Minggu.
Israel mengatakan pihaknya menargetkan pejuang dan aset Hamas. Menuduh kelompok tersebut menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Sementara itu, kritikus mengatakan serangan Israel tidak proporsional, mengingat banyaknya warga sipil yang tewas. (spm/ads)