ANDALPOST.COM — Rusia terus menghadapi ancaman pemberontakan bersenjata yang semakin brutal, Minggu (25/6/2023).
Alhasil, Presiden Rusia, Vladimir Putin bersumpah akan menghukum para pejuang Wagner yang berbaris menuju Moskow dan menduduki kota-kota di sepanjang jalan.
Diketahui, Rusia dan tentara bayarannya Wagner memang tengah bersitegang. Namun, tak berselang lama Moskow justru memilih mundur dari hubungan yang kian memanas dengan Wagner.
Kendati begitu, para ahli memperingatkan pemberontakan yang jarang terjadi tidak mungkin hilang begitu cepat tanpa konsekuensi di kemudian hari.
Kini, Putin harus mengatasi tantangan paling serius terhadap otoritasnya sejak ia berkuasa pada tahun 2000 silam.
Usai serangkaian peristiwa yang disaksikan oleh dunia, termasuk musuhnya yaitu Ukraina.
Sementara itu, Prigozhin selaku kepala kelompok Wagner setuju untuk meninggalkan Rusia dan pergi ke Belarusia.
Sebelumnya, Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko menjadi penengah dalam konflik antara Rusia dan Wagner. Alhasil, ketiganya pun membentuk kesepakatan.
Kesepakatan itu termasuk Prigozhin menarik kembali pasukannya dari pawai mereka menuju ibu kota. Tak hanya itu, tuduhan pidana terhadapnya juga akan dibatalkan.
Pejuang Wagner tidak akan menghadapi tindakan hukum atas peran mereka dalam pemberontakan. Sebagai gantinya, mereka akan menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia.
Padahal, sebelumnya Prigozhin menolak langkah tersebut sebagai upaya untuk menyelaraskan pasukan Wagner.
Pasukan Wagner sebelumnya mengklaim bahwa mereka telah merebut fasilitas militer utama di dua kota Rusia pada Sabtu (24/6/2023).
Kemudian, muncul video yang memperlihatkan Prigozhin dan pasukannya mundur dari salah satu kota itu, Rostov-on-Don. Namun, masih belum jelas di mana Prigozhin sekarang.
Bahkan, Kremlin pun tidak mengetahui keberadaannya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.