ANDALPOST.COM – Pada Minggu (04/06/2023), Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi produksi minyak, sebanyak 1 juta barel per hari, dimulai pada bulan Juli.
Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan market pasar minyak.
Keputusan yang diambil ini merupakan respon negara akan adanya ketidakpastian ekonomi global serta kekhawatiran atas adanya permintaan internasional yang menurun.
Pemotongan ini dilakukan tidak lama setelah adanya Hari Peringatan di Amerika Serikat dan di puncak musim perjalanan musim panas yang sibuk, karena harga minyak mentah ini berkaitan dengan biaya bensin.
Meskipun Arab Saudi menjelaskan bahwa mereka tidak menggunakan biaya minyak mentah untuk membuat keputusan produksi minyak, namun langkah yang diambil ini tetap saja merupakan upaya untuk menopang harga minyak.
Dikatakan, bahwa pemotongan produksi minyak ini akan berlangsung selama setidaknya satu bulan, tetapi juga bisa jadi akan dilakukan perpanjangan.
Di samping itu, negara-negara OPEC+ lainnya juga telah sepakat untuk melakukan perpanjangan akan pemotongan produksi minyak yang mereka umumkan pada April 2023, hingga akhir 2024.
Produksi yang mereka akan kurangi adalah jumlah minyak mentah yang mereka pompakan ke pasar yakni 1 juta barel per hari.
Presiden AS, Joe Biden, pada musim panas lalu melakukan permintaan kepada para pemimpin Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak.
Namun, negara-negara OPEC+ malah mengumumkan pemotongan barel minyaknya sebanyak 2 juta per hari, dan hal ini diumumkan pada bulan Oktober lalu.
Kian memanas, keputusan OPEC+ ini disebut-sebut sebagai keputusan yang “berpandangan sempit”, menurut Gedung Putih.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.