Menanggapi hal itu, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan, bahwa di bawah pemerintahan Biden, Departemen Luar Negeri telah berkoordinasi dengan antarlembaga mengenai sejumlah rekor sanksi. Lalu kontrol ekspor, dan tindakan kompetitif lainnya terhadap China.
“Tanpa mengomentari tindakan tertentu, pekerjaan ini sensitif dan kompleks, dan jelas mengurutkan sangat penting untuk memaksimalkan dampak dan memastikan pesan kami jelas dan tepat,” ungkap pejabat itu.
“Bersaksi di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat pada 9 Februari, ia menyebut departemen merupakan modernisasi pekerjaan. Dan akan terus melawan praktik militer, diplomatik, dan ekonomi RRT (Republik Rakyat China) yang agresif,” imbuhnya.
Menjaga Komunikasi
Pada akhir Maret, Waters mengatakan dalam rapat staf, bahwa Departemen Luar Negeri akan melanjutkan penyelidikan insiden balon mata-mata China.
Mengikuti arahan dari Sherman yang sangat ingin menjadwal ulang perjalanan Blinken ke Beijing.
Seorang pejabat China juga mengonfirmasi bahwa kunjungan Blinken yang diperbarui akan lebih mungkin terjadi, jika AS mengakomodasi keinginan Beijing untuk mengesampingkan masalah tersebut.
Terlebih, China juga telah menyampaikan bahwa pihaknya tidak ingin FBI merilis rincian penyelidikan. Terutama mengenai balon yang ditembak jatuh oleh AS tersebut.
Kedua sumber tersebut pun mengatakan laporan FBI awalnya telah diantisipasi untuk rilis pertengahan April.
Namun, FBI enggan memberikan tanggapan mengenai hal itu.
Departemen Luar Negeri mengatakan, bahwa mereka tidak pernah membahas masalah ini dengan biro tersebut. Lalu menolak mengomentari diskusi dengan China mengenai balon milik Beijing.
Ditanya tentang perilisan laporan FBI pada sidang Komite Hubungan Luar Negeri Senat 2 Mei, Daniel Kritenbrink, diplomat top departemen untuk Asia Timur justru mendukung adanya informasi lebih lanjut mengenai kasus tersebut.
“Saya sangat mendukung memastikan bahwa orang-orang mengetahui apa yang terjadi,” tegas dia. (spm/ads)