Terkait insiden tersebut, bagi Suryadi penyebab utamanya adalah human error dalam proses pengerjaan KCJB.
Sangat disayangkan akibat kelalaian berujung petaka hingga menimbulkan korban jiwa.
Insiden tersebut membuat proyek kereta cepat diragukan pasalnya berbagai kendala selalu muncul, seperti membengkaknya anggaran menjadi US$1,449 miliar atau Rp21,74 triliun.
“Oleh karena itu kita juga mendorong agar PT KCIC benar-benar memastikan kelayakan dan keselamatan KCJB ini dengan mempertimbangkan segala aspek,” pungkasnya.
Sebelumnya proyek ini adalah kerja sama antara Indonesia-Jepang pada 2014-2015 melalui International Cooperation Agency (JICA) dengan rute Jakarta-Surabaya.
Sayangnya skenario tersebut diubah menjadi Jakarta-Bandung dengan diambil alih China dengan menawarkan proposal yang lebih murah dengan 5.5 miliar dolar AS.
Adapun dana yang digunakan sebelumnya pemerintah menjamin tidak akan menggunakan APBN.
Saking optimisnya dengan proyek ini, kereta cepat Jakarta-Bandung di masukan dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Perpres Nomor 3 Tahun 2016.
Seiring berjalannya waktu, proyek ini tidak menemui titik terang justru semakin tidak jelas. Tahun 2020 proyek ini mangkrak akibat adanya Covid-19.
Berlanjut pada Desember 2021 KCIC merobohkan pier bangunan hingga mengenai eskavator.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.