ANDALPOST.COM—Presiden Rusia, Vladimir Putin mengungkapkan akan menempatkan nuklir taktis di Belarusia.
Mendengar hal tersebut, NATO pun turut buka suara, Minggu (26/3).
NATO mengecam Putin lantaran dianggap berbahaya dan tidak bertanggung jawab atas pernyataan mengenai nuklir tersebut.
Putin mengumumkan rencana itu pada Sabtu (25/3) dan menyamakannya dengan Amerika Serikat (AS) yang menempatkan sejumlah senjata di Eropa.
Selain itu, Putin juga berjanji bahwa Rusia tidak akan melanggar janji non-proliferasi nuklirnya.
Kendati begitu, pernyataan Putin tersebut sekaligus menjadi pertanda baru yang paling menonjol sejak awal invasi sejak tahun lalu.
Alhasil, Ukraina meminta pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB atas langkah yang diambil Putin tersebut.
“Referensi Rusia untuk pembagian nuklir NATO benar-benar menyesatkan. Sekutu NATO bertindak dengan penuh rasa hormat terhadap komitmen internasional mereka,” kata seorang juru bicara NATO.
“Rusia secara konsisten telah melanggar komitmen pengendalian senjatanya, yang terakhir menangguhkan partisipasinya dalam Perjanjian START Baru,” imbuhnya.
Perjanjian START Baru sendiri berisi pembatasan jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Rusia dan AS. Termasuk pengerahan rudal dan pembom berbasis darat serta kapal selam.
Sementara itu, penasihat keamanan utama untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Oleksiy Danilov mengatakan, rencana Rusia itu juga akan mengguncang Belarusia.
“Pernyataan Putin tentang penempatan senjata nuklir taktis di Belarusia, sebuah langkah menuju destabilisasi internal negara, memaksimalkan tingkat persepsi negatif dan penolakan publik terhadap Rusia dan Putin di masyarakat Belarusia. Kremlin mengambil Belarusia sebagai sandera nuklir,” cuit Danilov.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.