Bukan karena Aksi Boikot
PHK ini awalnya dilaporkan oleh Dwi Haryoto, Presiden Federasi Serikat Pekerja Makanan dan Minuman (FSBMM).
Haryoto menyoroti bahwa Nestle mengkomunikasikan perampingan tersebut dalam waktu yang relatif singkat yaitu dua minggu, yang menunjukkan proses pengambilan keputusan yang cepat.
Pengurangan jumlah pekerja di pabrik Kejayan mencerminkan komitmen perusahaan dalam menyelaraskan tenaga kerja dengan kebutuhan operasional saat ini.
Nestle Indonesia berupaya meyakinkan karyawannya dan masyarakat bahwa PHK akan dilakukan dengan sensitivitas dan fokus pada meminimalkan dampak terhadap mereka yang terkena dampak.
Perusahaan telah berjanji untuk memberikan dukungan kepada karyawan yang terkena dampak, termasuk bantuan dalam transisi menuju peluang baru.
Lebih lanjut, Nestle telah menyatakan komitmennya untuk memastikan tidak ada gangguan terhadap layanannya kepada pelanggan dan mitra bisnis selama masa transisi ini.
Penekanan perusahaan dalam menjaga kelangsungan operasional menegaskan dedikasinya dalam menegakkan standar layanan dan hubungan bisnis di tengah perubahan internal.
Nestle Indonesia memiliki reputasi lama dalam hal tanggung jawab perusahaan, dan komunikasi proaktifnya mengenai PHK mencerminkan kesadaran akan pentingnya hal ini. (paa/ads)