Terlalu Obsesi
Menentang keputusan Modi, D Raja, seorang pemimpin senior Partai Komunis India, menyebut sang PM adalah organ eksekutif negara. Sedangkan parlemen adalah organ legislatif.
“Obsesi terhadap citra diri dan kamera mengalahkan kesopanan dan norma,” beber Raja.
Shehzad Poonawalla, Juru Bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) Modi mengatakan, peresmian parlemen baru adalah kepentingan bersama. Ia juga menuduh partai oposisi mempolitisasi pembukaan tersebut.
“Sementara kuil demokrasi akan diresmikan pada tanggal 28 Mei, buah dari kemunafikan, Kongres mencoba mencari alasan untuk menghentikannya. Para pemimpin Kongres sendiri telah mendesak untuk sebuah gedung baru di masa lalu, tetapi hari ini melabelinya sebagai kesombongan,” terang Poonawalla.
All India Majlis-e-Ittehadul Muslimeen (AIMIM), partai oposisi lain yang menentang Modi mengatakan, pembicara Lok Sabha atau ketua Rajya Sabha harus melakukannya.
“Ada kebutuhan yang lebih besar yang dimiliki negara dan mereka melampaui bangunan untuk anggota parlemen. Dalam 10 tahun terakhir, negara ini telah menua dengan buruk. Kami membutuhkan sumber daya untuk orang miskin,” beber Syed Asim Waqar, juru bicara AIMIM.
Gedung parlemen baru merupakan bagian dari perombakan kantor dan tempat tinggal era Inggris senilai Rp41 triliundi pusat New Delhi.
Proyek “Central Vista” atau perombakan ibu kota era Inggris secara resmi dikenal luas. Termasuk parlemen baru senilai Rp1 triliun, kediaman perdana menteri dan wakil presiden. Juga 10 blok bangunan untuk menampung kementerian serta departemen pemerintah.
Di sisi lain, pembangunan gedung di tengah pandemi COVID-19 yang mematikan menuai kecaman luas. Terutama selama gelombang kedua yang brutal pada musim panas 2021.
Kala itu, WHO memperkirakan total 531.843 orang meninggal di India sejak pandemi dimulai pada Januari 2020 lalu.
Kuil Kongres mengatakan, proyek itu diluncurkan dan diprioritaskan atas penderitaan orang serta hilangnya nyawa dan mata pencaharian selama pandemi. (spm/ads)