Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Panas Ekstrem Landa Eropa hingga Jepang, Dampak Perubahan Iklim?

Orang-orang tunawisma mencoba mendinginkan diri dengan air dingin di luar Justa Center, pusat harian di pusat kota Phoenix, Arizona. (Foto: Matt York/AP Photo)

ANDALPOST.COM — Cuaca panas ekstrem melanda seluruh dunia, mulai dari Amerika Serikat (AS), Eropa, bahkan hingga Jepang, Sabtu (15/7/2023).

Alhasil, puluhan juta orang harus berjuang melawan suhu tinggi yang berbahaya.

Gelombang panas ekstrem pun berdampak pada peningkatan ancaman pemanasan global.

Panas ekstrem mendorong negara Italia mengeluarkan peringatan merah untuk 16 kota termasuk Roma, Bologna dan Florence.

Pusat meteorologi bahkan memperingatkan orang Italia untuk bersiap menghadapi gelombang panas paling intens di musim panas. Juga salah satu yang paling ekstrem sepanjang masa.

Diperkirakan suhu panas akan mencapai 40 derajat Celcius (104 Fahrenheit) di Roma pada hari Senin dan bahkan 43C (109F) pada Selasa (11/7/2023). Suhu tersebut memecahkan rekor 40.5C (104.9F) yang dibuat pada Agustus 2007 silam.

Sementara itu, Pulau Sisilia dan Sardinia berada di bawah suhu setinggi 48C (118F). Badan Antariksa Eropa pun memperingatkan potensi suhu terpanas yang pernah tercatat di Eropa.

Dampak

“Sebagian negara dapat mengalami suhu tertinggi hingga 44C (111F) pada Sabtu,” menurut layanan cuaca nasional EMY.

Ilustrasi tanah kering akibat cuaca panas ekstrem. (Foto: REUTERS)

Acropolis, objek wisata utama Athena, diketahui tutup untuk hari kedua berturut-turut lantaran cuaca panas yang menyentuh angka 41C (106F). Begitu pula beberapa taman di ibu kota.

Wilayah Prancis, Jerman, Spanyol, dan Polandia juga dilanda cuaca panas ekstrem.

Bagian timur Jepang juga diperkirakan mencapai 38 hingga 39C (100 hingga 102F) pada Minggu (16/7/2023) dan Senin (17/7/2023), dengan suhu peringatan badan meteorologi bisa mencapai rekor sebelumnya.

Sementara itu, kota utara Akita mengalami lebih banyak hujan dalam setengah hari daripada biasanya sepanjang bulan Juli, lapor penyiar nasional Jepang NHK.

Hujan juga memicu bencana tanah longsor, memaksa 9.000 orang mengungsi dari rumah mereka. Hujan lebat pun melanda Jepang selatan dan mengakibatkan 11 orang meninggal dunia.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.