ANDALPOST.COM — Kampus swasta terbesar di Indonesia Timur, Universitas Muslim Indonesia yang terletak di Ibukota Provinsi provinsi Sulawesi Selatan, Makassar memanas sejak Selasa (10/10/2023).
Panasnya situasi di Kampus yang identik dengan warna hijau tersebut diakibatkan karena kondisi politik terkait posisi rektor.
Rektor UMI untuk periode 2022-2026 yaitu Prof Basri Modding dinonaktifkan dari jabatannya. Penonaktifan tersebut dilakukan oleh Yayasan Wakaf UMI.
Padahal Prof Basri Modding baru menjabat sebagai rektor selama 1 tahun 3 bulan. Untuk periode 2022-2026 merupakan periode kedua dari Prof Basri Modding.
Setelah dinonaktifkan dari jabatannya pada Selasa lalu, Yayasan Wakaf UMI langsung menunjuk Pelaksana Tugas (Plt) Rektor. Prof Sufirman Rahman. Ia didaulat untuk menjadi rektor di tengah huru-hara yang terjadi pada rektorat UMI.
Dualisme Kepemimpinan
Saat para pengurus Yayasan Wakaf UMI melantik Plt. Rektor yaitu Sufirman Rahman, pihak rektor Prof Basri Modding tidak terima atas penonaktifan dirinya. Dikutip dari media yang berkesempatan menemui Prof Basri Modding secara langsung, Prof Basri Modding mengatakan bahwa penonaktifan dirinya tidak lazim.
“Pelantikan Plt. Rektor menurut saya tidak lazim. Kenapa tidak lazim, karena pertama mengagetkan dan yang kedua tidak prosedural,” ucap mantan rektor UMI pada Rabu (11/10/2023).
Karena dua alasan tersebut, Prof Basri Modding menolak dirinya dilengserkan dari jabatan yang sedang didudukinya.
Di sisi lain, Yayasan Wakaf UMI juga telah memilih rektor yang akan mengemban amanah sebagai rektor di tengah panasnya kondisi politik ini. Sehingga, terjadi dualisme kepemimpinan di universitas yang berbasis Islam tersebut.
Di acara pelantikan plt. Rektor, pihak pengurus Yayasan Wakaf UMI menegaskan bahwa pihak yayasan sejauh ini telah membentuk tim pencari fakta untuk menelusuri fakta yang terjadi di lapangan terkait kasus yang menjerat nama Prof Basri Modding.
Hal yang mendorong pihak yayasan melakukan penonaktifan kepada Prof Basri Modding karena adanya dugaan korupsi terutama pada pembangunan kampus.
“Ada banyak hal. Ada (dugaan korupsi) pembangunan, tapi kami belum bisa mengungkapkan sekarang,” ujar Ketua Yayasan Wakaf UMI, Prof Masrurah Mokhtar pada acara pelantikan plt rektor.
Ia menambahkan, “ada memang sudah terbukti (dari) tim pencari fakta.”
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.