Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Panggung Partai Progresif Beri Kejutan di Pemilu Guatemala

Bernardo Arevalo, kandidat presiden Gerakan Benih, memberikan konferensi pers pada 25 Juni. (Foto: Jeff Abbott/Al Jazeera)

ANDALPOST.COM — Mulai dari sorakan hingga gas air mata memenuhi hotel kelas atas di tenggara Guatemala, tempat Movimiento Semilla atau Gerakan Benih.

Tempat tersebut menjadi arena bagi para penonton untuk menyaksikan pemilihan di Guatemala.

Kandidat Presiden Gerakan Benih, Bernardo Arevalo berhasil maju ke putaran kedua pemilihan. Lantas merebut satu dari dua tempat di putaran kedua pada 20 Agustus mendatang.

Pencapaian tersebut menjadi hal besar bagi Arevalo, seorang anggota kongres dan Putra Presiden Pertama Guatemala yang terpilih secara demokratis.

Ia memperoleh 12 persen suara, menempatkannya tepat di belakang calon terdepan Sandra Torres dengan 15 persen.

Kesuksesannya membuat beberapa ahli berspekulasi bahwa hasilnya adalah teguran terhadap pendirian politik Guatemala. Juga menjadi kemunduran norma-norma demokrasi.

“Suara untuk Gerakan Benih berarti penolakan terhadap korupsi, penolakan terhadap partai-partai tradisional,” ucap Gabriela Carrera, seorang profesor ilmu politik di Universitas Rafael Landivar di Guatemala City, Rabu (28/6/2023).

Dalam beberapa tahun terakhir, Guatemala telah berada di bawah pengawasan atas dugaan serangan terhadap kebebasan pers dan pendukung antikorupsi.

Membuat para ahli mempertanyakan stabilitas demokrasi di negara tersebut.

Namun, pengamat politik seperti Carrera melihat keberhasilan Gerakan Benih dalam pemilihan hari Minggu (25/6/2023) sebagai tanda perubahan arus politik.

Arevalo tidak hanya melaju ke babak final pemilihan presiden, tetapi partainya juga meraih 24 kursi di Kongres. Meningkat dari enam kursi yang mereka menangkan pada pemilu 2019 silam.

Arevalo telah mengkampanyekan antikorupsi dan meningkatkan layanan kesehatan serta pendidikan.

Setelah hasil pemilihan hari Minggu, ia juga mengumumkan akan bekerja untuk kembalinya hampir puluhan hakim, jaksa, penyelidik. Juga jurnalis, dan aktivis yang telah diasingkan sejak 2020.

“Pesan yang kami sampaikan dan perlunya perubahan sampai ke populasi,” ucap Mario Jacobs Lima, seorang penasihat Gerakan Benih.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.