ANDALPOST.COM – Dalam satu minggu terakhir, Rusia telah meluncurkan serangan udara ke Odesa, Ukraina, dan juga dua kota pelabuhan lainnya, yaitu Chornomorsk dan Mykolaiv.
Penyerangan ini tepatnya dilakukan pada Minggu (23/7/2023), di mana Rusia melakukan penyerangan Rudal ke Odesa.
Peluncuran serangan ini dilakukan sejak Prakarsa transportasi biji-bijian Laut Hitam dihentikan.
Prakarsa transportasi biji-bijian Laut Hitam ini merupakan persetujuan yang dimiliki antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi oleh PBB dan Turki. Hal itu bertujuan untuk mengurangi dampak krisis pangan global akibat perang antar kedua negara.
Pemberhentian Prakarsa Laut Hitam ini berarti adanya penghentian pada ekspor biji-bijian dan pupuk.
Berdasarkan laporan oleh media internasional, setidaknya satu orang tewas dan lebih dari 20 orang terluka dalam serangan yang dilakukan pada hari Minggu (23/7/2023) kemarin.
Serangan tersebut merusak situs budaya penting Odesa, termasuk Katedral Transfigurasi, yang merupakan gereja Ortodoks pertama dan terpenting di kota tersebut.
Katedral ini dibangun pada tahun 1794, yang terletak di Pusat Sejarah Odesa.
Pada bulan Januari, bangunan ini tercatat dalam Daftar Warisan Dunia, yang dikelola oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
Serangan Dikecam Keras oleh PBB
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengutuk keras serangan rudal Rusia terhadap Odesa, yang menyebabkan kematian warga sipil dan kerusakan Katedral Transfigurasi.
Melalui juru bicaranya, Guterres menyampaikan pernyataannya atas serangan tersebut, yang mengutuk keras tindakan Rusia.
Dinyatakan bahwa serangan tersebut telah merenggut nyawa, sekaligus menyerang kawasan terlindungi.
“Selain korban yang mengerikan akibat perang yang merenggut nyawa warga sipil, ini adalah satu lagi serangan di kawasan yang dilindungi di bawah Konvensi Warisan Dunia yang melanggar Konvensi Den Haag 1945 untuk Perlindungan Properti Budaya dalam Peristiwa Konflik Bersenjata,” jelasnya.
Selain itu, Guterres juga menyampaikan betapa prihatin dirinya mengenai adanya peningkatan ancaman perang yang diberikan kepada budaya serta warisan Ukraina.
Sebanyak 270 situs budaya Ukraina mengalami kerusakan. 116 diantaranya merupakan situs keagamaan, sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari 2022, menurut UNESCO.
PBB pun mengimbau Rusia untuk segera menghentikan serangan, khususnya terhadap kekayaan budaya yang sudah secara sengaja diberikan perlindungan.
“Sekretaris Jenderal mendesak Federasi Rusia untuk segera menghentikan serangan terhadap kekayaan budaya yang dilindungi oleh instrumen normatif internasional yang telah diratifikasi secara luas,” sebutnya.
Kemudian, ia juga menyampaikan desakannya untuk Rusia, agar segera memberhentikan serangan terhadap warga dan infrastruktur sipil.
“Sekretaris Jenderal juga terus mendesak penghentian segera semua serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil,” tambahnya.
UNESCO Promosikan Perlindungan Institusi Budaya Ukraina
Menanggapi penyerangan ini, UNESCO bekerja untuk promosikan perlindungan terhadap institusi budaya di Ukraina.
Selain itu, UNESCO juga melakukan tindakan lain, seperti mencela kekerasan terhadap jurnalis dan juga mendukung pemeliharaan pendidikan.
Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay pada bulan April berada di Odesa. Ia bertemu dengan pengelola situs Warisan Dunia dan juga pemangku kepentingan dari sektor budaya.
Ia mempertimbangkan bahwa tindakan darurat UNESCO ini dilakukan untuk melindungi warisan budaya yang terancam oleh konflik.
Mengenai hal tersebut, ia mengatakan bahwa hampir sebanyak $7 miliar akan dibutuhkan selama dekade berikutnya, untuk membangun kembali sektor budaya di Ukraina. (ala/fau)