Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Pembayaran Lintas Batas: Kode QR Indonesia dan Malaysia dengan ASEAN

Pembayaran Lintas Batas: Kode QR Indonesia dan Malaysia dengan ASEAN
Ilustrasi inisiatif ASEAN dalam menerapkan sistem kode QR yang lintas batas negara. (The Andal Post/Aini)

Upaya Bank Sentral Negara

Pembayaran Lintas Batas: Kode QR Indonesia dan Malaysia dengan ASEAN
Poster promosi Bank Indonesia terkait penggunaan QRIS dalam upaya digitalisasi | Twitter/ @bank_indonesia

Dilaporkan, exchange rate atau rata-rata pertukaran nilai mata uang transaksi itu ditentukan oleh bank-bank sentral yang berpartisipasi dalam sistem ini.

Alhasil, masing-masing kode QR nasional pengguna dapat digunakan untuk semua jenis merchant yang berpartisipasi. Termasuk, jika para pelanggan menggunakan berbagai institusi finansial yang berbeda untuk transaksi.

Contoh penyedia jasa pembayaran yang berasal dari Indonesia, dan dapat dipakai di Malaysia adalah Bank Central Asia (BCA), LinkAja, DANA, dan lain-lain.

Lalu, lembaga keuangan yang berasal dari Malaysia, dan dapat dipakai untuk transaksi di Indonesia adalah Public Bank Berhad, Hong Leong Bank Berhad, dan lain-lain.

Dengan upaya bank sentral, para ahli ekonomi pun memberikan tanggapan mereka terkait dampak positifnya sistem pembayaran ini.

Diketahui, mantan menteri perdagangan dan investasi Indonesia, Tom Lembong menyatakan bahwa upaya kode QR ini merupakan langkah pertama dalam integrasi ekonomi ASEAN.

Tom sendiri, menyatakan baiknya usaha bank-bank sentral ASEAN dalam melampaui berbagai kendala teknis dalam implementasi sistem ini. Khususnya, ketika ada nilai tukar mata uang yang sedang tidak stabil.

Dampak Positif

Selain untuk menghemat keuangan konsumen dalam melakukan transaksi, penerapan metode QR yang lintas batas negara ini, juga dapat berdampak pada exchange rate yang tidak stabil.

Seorang ahli ekonomi dari Malaysia, Yeah Kim Leng, yang merupakan profesor di Universitas Sunway, mengungkapkan hal tersebut.

“Karena pembayaran dilakukan menggunakan mata uang lokal, hasil nilai transaksi tersebut tidak dipengaruhi oleh nilai tukar dolar AS,” terang Leng.

“Sehingga, melindungi sistem finansial rupiah dan ringgit dari kemungkinan ‘kejutan dolar’ (inflasi dolar),” lanjutnya.

Berikutnya, selain perlindungan pada mata uang lokal, inisiatif penerapan sistem ini juga dapat membantu adanya digitalisasi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).

Alhasil, dengan digitalisasi UMKM, usaha-usaha tersebut memiliki potensi untuk menerima transaksi lintas batas negara. Serta, membantu para investor untuk melihat status sales mereka secara online.

Demikian, dengan berbagai dampak positif yang ada. Para ahli ekonomi pun juga berharap untuk mengurangi pembatasan kode QR ini oleh pemerintah. 

Dengan alasan, memudahkan para pelanggan untuk menggunakan sistem ini. (adk/rge)