Lebih lanjut, PMT berbahan pangan lokal dijalankan sesuai dengan petunjuk teknis (Juknis) yang ada.
Dalam hal ini, balita yang tidak mengalami peningkatan atau penurunan berat badan sesuai dengan bobot dan usia balita seharusnya dalam kurun waktu satu bulan, maka intervensi dengan PMT berbahan pangan lokal akan dilakukan.
Diketahui, pada 2022 Kemenkes melakukan uji coba PMT di 31 kabupaten/kota, di antaranya 16 kabupaten atau kota tersebut adalah PMT dengan bahan pangan lokal dari rekomendasi kelompok kerja ahli gizi. Dari sana, Juknis PMT berbahan pangan lokal pun diadakan.
“Kami telah mendapatkan rekomendasi berapa lama pemberian makanan tambahan berbahan makanan lokal ini diberikan. Rekomendasi inilah yang mendasari petunjuk teknis yang kita launching pada hari ini,” kata Dirjen Maria.
Ia juga mengungkapkan, bahwa saat ini kegiatan PMT berupa pangan lokal. Salah satunya melalui dana alokasi khusus oleh Puskesmas telah dilakukan oleh pemerintah daerah.
Kemenkes Sediakan Dua Platform Layanan Kesehatan Online
Kemenkes menghadirkan sebuah laman resmi yang digunakan sebagai wadah informasi dan edukasi kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
Hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan sikap dan motivasi bagi ibu hamil untuk mempersiapkan kesehatan yang lebih prima dan bugar. Salah satunya dengan menyiapkan makanan yang mengandung tinggi protein dan berbahan pangan lokal sesuai dengan kebutuhan gizinya.
Informasi tersebut dapat diakses melalui situs https://link.kemkes.go.id/1000hpkkehamilan. Website ini menyediakan berbagai panduan mengolah bahan pangan lokal menjadi makanan yang bergizi tinggi protein untuk ibu hamil, bayi dan balita.
Tak hanya itu, terdapat juga layanan baru berupa Chatbot Ayosehat yang dapat diakses melalui aplikasi WhatsApp. Layanan tersebut menyediakan informasi edukasi kesehatan resmi Kementerian kesehatan.
Adanya Chatbot ini merupakan hasil kerja sama digitalisasi UNICEF dan Meta Indonesia. Melalui chat bot tersebut, informasi edukasi tentang gizi di usia kehamilan, bayi dan balita dapat diakses oleh seluruh masyarakat di Indonesia.
Kemenkes berharap dengan adanya platform website dan Chatbot di aplikasi WhatsApp tersebut dapat menjadi saluran komunikasi dan edukasi imunisasi. Ini tentu sangat memberikan kemudahan karena Informasi dapat diakses dan diperoleh melalui telepon genggam. (rnh/ads)