Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Pemerintah Ingin Kembangkan Ekonomi Syariah, Masyarakat Masih Butuh Literasi

Pemerintah Ingin Kembangkan Ekonomi Syariah, Masyarakat Masih Butuh Literasi
Ilustrasi ekonomi syariah. (The Andal Post/Eeza Putri)

Minimnya Literasi Syariah

Muhammad Ismail Riyadi (kiri) berada di sebuah kegiatan yang diselenggarakan BI dan OJK Sumber: Opini Jateng

Besarnya peluang yang akan dihadapi juga sejalan dengan apa yang menjadi hambatan dari tujuan Indonesia. Menurut Ismail, pengetahuan masyarakat Indonesia masih sangat minim akan literasi ekonomi dan keuangan syariah. 

“Tapi masih ada PR yang kita hadapi, kita masih menghadapi rendahnya tantangan indeks literasi ekonomi dan keuangan syariah. Berdasarkan survei OJK tahun 2022, literasinya (keuangan syariah) masih di angka 9,14% namun inklusinya sudah sampai 12,12%.”

“Untuk indeks literasi ekonomi syariah memang sudah naik 23,3% tapi ini harus didorong lebih tinggi lagi menjadi 50% di 2024,” ujar Ismail.

Ismail menambahkan, jika literasi dan inklusi keuangan syariah bisa dicapai. Jika masyarakat bersama OJK, pemerintah, KNEKS, pelaku industri keuangan berusaha kuat untuk bisa memperbaiki kualitas sesuai perannya masing-masing. 

Ini akan membuat pihak yang terlibat bisa lebih kuat dalam menghadapi masalah-masalah yang akan datang. 

“Karena industri halal dan literasi dan inklusi keuangan syariah harus saling menguatkan untuk berkembang. Dan pendekatan sekarang yang harus dilakukan dalam pengembangan keuangan syariah memang harus masuk ke ekosistemnya,” tuturnya.

Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat menuturkan, untuk menggenjot indeks literasi dan inklusi ekonomi dan keuangan syariah bisa difokuskan kepada generasi muda melalui pendekatan gaya hidup halal.

Generasi muda bisa menjadi sasaran untuk proses pengembangan ekonomi syariah ini, mengingat jumlah  generasi Z (1997-2012; usia 8-23 tahun) menyumbang 27,94% dalam komposisi kependudukan di Indonesia. 

Sementara generasi Y (1981-1996)/Millennial (usia 24-39 tahun) menyumbang komposisi kependudukan di Indonesia sebanyak 25,87%. (paa/ads)